REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat media sosial gempar dengan sosok seorang pria berpenampilan seperti ustaz yang muncul dalam tayangan di salah satu stasiun televisi swasta beberapa waktu lalu. Hal ini, karena di balik sosoknya yang religius, ia mengaku sebagai seorang penyuka sesama jenis atau gay.
Tak cukup sampai di sana, gambar pria yang diketahui bernama Hartoyo ini pun kemudian muncul di dunia maya. Namun, berbeda dengan penampilannya di televisi, di dalam salah satu gambar itu memperlihatkan Hartoyo merupakan aktivis anti Front Pembela Islam (FPI).
Seketika, netizen mengkritik pedas hal ini. Mereka berkomentar bahwa stasiun televisi swasta itu telah menipu masyarakat. "(TV swasta itu) bukan menggiring saja tapi membodohi dan menipu masyarakat, KPI harus bertindak," kata pemiliki akun Twitter @farididoev.
Bahkan, ada yang menyebut bahwa program televisi itu mencoba memecah belah umat Islam dengan isu sensitif mengenai Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) ini. "Ini akal-akalan (TV swasta itu) memecah belah umat Islam dengan isu LGBT, di mana (seorang) LGBT didandani seperti ustaz," kata pemilik akun @LaMadrians.
Selain itu, salah satu nezizen bernama Rizki Maulana Kamil juga berkomentar di media sosial tersebut. Menurutnya, dengan membawa atribut agama, tidak seharusnya seseorang justru mendukung sesuatu yang tak sesuai dengan keyakinan yang dianutnya tersebut.
"Saya pikir yang berpeci dan bersorban adalah pakar agama, tapi ternyata tokoh LGBT. Dia pikir dengan pencitraan yang dilakukannya ini, saya akan terenyuh dan kagum? Jawabannya tidak dan orang yang tampil religius ini justru tidak mengerti ajaran agama, jika ia seorang Muslim. Sungguh sesuatu yang membuat saya berkata, ya Allah ini menjijikkan," kata Rizki.
Pada Selasa (16/2) malam ini, Hartoyo juga tampil sebagai salah satu narasumber di acara 'Indonesia Lawyer Club' (ILC) TV One yang mengambil tema soal LGBT. Dalam acara tersebut, Hartoyo tampil sebagai aktivis LGBT dan secara terbuka mendeklarasikan dirinya sebagai gay.
Hartoyo diketahui berasal dari keluarga transmigran Jawa yang menetap di Binjai, Sumatera Utara. Ia lahir di kota itu pada 3 Maret 1976. Pada 1999, ia pindah ke Kota Banda Aceh untuk melanjutkan pendidikan di bidang produksi ternak.
Ia mengaku ketertarikan dengan sesama pria sudah timbul dalam dirinya sejak berada di bangku Sekolah Dasar (SD). Hartoyo yakin, ia menjadi gay karena bawaan lahir, bukan pengaruh lingkungan.
"Saya tidak terkena penularan dari teman. Teman saya bisa kok suka perempuan, tapi saya tidak," kata Hartoyo dalam diskusi salah satu stasiun televisi swasta pada Selasa (16/2) di Jakarta.