REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2005, sekelompok mahasiswa di Semarang menerbitkan buku berjudul, Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual (Semarang:Lembaga Studi Sosial dan Agama/eLSA, 2005).
Dalam artikel berjudul, "LGBT: Belajar dari Yahudi" (Republika, 18/2), dosen Universitas Ibnu Khaldun Aldian Husaini mengungkapkan, buku ini secara terperinci memaparkan strategi gerakan yang harus dilakukan untuk melegalkan perkawinan homoseksual di Indonesia.
Strategi itu, yakni (1) mengorganisasi kaum homoseksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah dirampas oleh negara, (2) memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang terjadi pada diri kaum homoseksual adalah sesuatu yang normal dan fitrah sehingga masyarakat tidak mengucilkannya, bahkan sebaliknya, masyarakat ikut terlibat mendukung setiap gerakan kaum homoseksual dalam menuntut hak-haknya, (3) melakukan kritik dan reaktualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual, (4) menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan perkawinan harus antara laki-laki dan wanita." (hlm 15)
Seperti yang terjadi di kalangan Yahudi dan Kristen, buku ini pun membuat tafsir baru terhadap kisah Luth dalam Alquran (surah al-A'raf: 80-84 dan Hud:77-82). Tak tanggung-tanggung, selain memberikan pembelaan terhadap kaum homoseks, seorang penulis buku ini justru melecahkan Nabi Luth AS.
"Karena keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu Luth amat kecewa. Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya tahu, Alquran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi, kebencian Luth terhadap kaum homo di samping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya, juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo." (hlm 39).
(Baca: Perilaku Kaum Nabi Luth AS).
QS al-A'raf: 80-84 memberikan gambaran menarik tentang kejahatan kaum homo dan sikap mereka terhadap Nabi Luth. Ketika diberi nasihat agar kembali ke jalan yang benar, mereka justru mengancam: "Usirlah mereka (Luth AS dan pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri."