REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Warga sekitar Pondok Pesantren Al Fatah yang merupakan pondok kaum waria di RT 09 RW 02 Dusun Celenan, Jagalan, Banguntapan Bantul mengaku sudah lama resah dengan aktivitas di pondok itu.
Ketua RT 09 Celenan, Munarto mengaku sudah pernah membubarkan kegiatan di pondok tersebut setahun lalu. "Saat itu ada nyanyi-nyanyi dengan musik keras sampai tengah malam, saya langsung masuk tak suruh berhenti," katanya ditemui Republika.co.id di kediamannya depan pondok pesantren waria tersebut, Jumat (19/2).
Diakuinya, warga sebenarnya sangat mentolerir keberadaan mereka karena salah satu waria adalah warga asli dusun tersebut. Namun, kegiatan waria di pondok itu sering menimbulkan keresahan warga.
Jika ada acara ulang tahun, kata dia, akan datang belasan hingga puluhan waria ke tempat itu. Bahkan, depan rumah kepala RT ini akan penuh dengan sepeda motor hingga tengah malam. "Kita sebenarnya terganggu dan resah, tapi ya sungkan mau memperingatkan," katanya.
Pondok pesantren waria ini mencuat setelah kelompok Front Jihad Islam (FJI) Yogyakarta mendatangi pondok tersebut Jumat siang. Massa FJI tersebut mendatangi pondok itu untuk mengklarifikasi ajaran di pondok tersebut.
“Kami tidak ada kekerasan. Tapi untuk klarifikasi karena adanya pondok yang di Notoyudan pindah ke sini. Masalahnya, informasi dari tim kami, mereka membuat fiqih waria. Kami keberatan karena tidak ada sejarah Islam, fiqih waria. Sejak zaman Nabi Luth itu sudah ditentang,” kata Komandan FJI Yogyakarta, Abdurrahman.
Menurutnya, ajaran itu bertentangan dengan syariat Islam. Dikhawatirkan, ajaran itu disebarkan melalui Ponpes tesebut atau Ponpes dijadikan kedok untuk berlindung para waria. Namun, jika Ponpes itu benar digunakan sebagai tempat pembinaan para waria untuk tobat dan kembali normal, tanpa melanggar syariat, pihaknya tidak mempemasalahkannya.
Lantaran kemarin tidak ada aktivitas di Ponpes Al Fatah dan penghuni para waria tidak ada, dia menyatakan akan melakukan pemantauan terus terhadap kegiatan mereka. Setelah berkomunikasi dengan polisi dan aparat pemerintah setempat, massa FJI membubarkan diri meninggalkan lokasi Ponpes.
“Kami upayakan pantau terus, karena ini bertentangan dengan syariat Islam. Kekhawatiran kami kegiatan keagamaan ini bisa untuk kedok," katanya.
Aparat kepolisian sendiri siang tadi menjaga ketat sekitar pondok. Kapolsek Banguntapan, Kompol Suharno mengatakan, pihaknya menerima laporan warga yang meminta perlindungan terkait datangnya sekelompok massa.