Senin 22 Feb 2016 04:49 WIB

BKLDK Bandung Sebut LGBT Semakin Mengancam

Rep: C18/ Red: Ilham
 Aksi menolak LGBT
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Aksi menolak LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Kota Bandung (BKLDK-Bandung) menyebut kehadiran kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin mengancam. Sebab, mereka merusak tatanan sosial dalam kehidupan sosial masyarakat.

"Sekarang kampanyenya semakin massif, terlebih lagi kampanye ini di dukung oleh beberapa organisasi level internasional, termasuk PBB dan UNDP. LGBT ancaman serius," kata Korda BKLDK Kota Bandung, Saiful Anwar dalam siaran persnya, Senin (22/2). (Facebook Sempat Hapus Postingan yang Antikampanye LGBT).

Saiful mengatakan, secara norma agama LGBT diharamkan dan pelakunya dilaknat. Secara ilmiah, kehadiran LGBT pun merusak kesehatan dan membahayakan generasi.

Sebelumnya, BKLDK Bandung membuka wacana diskusi dengan pemaparan bahwa LGBT bukan perkara yang baru di Indonesia. Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat di Bandung mulai dari mahasiswa dan aktivis di kota tersebut.

Diskusi itu sepakat untuk menolak sekaligus melawan perilaku LGBT yang dinilai semakin sistematis dan terorganisir. Termasuk dalih kebebasan dan HAM yang dijadikan senjata oleh kaum LGBT.

"Kebebasan dan HAM menjadi dasar filosofis gerak kaum LGBT. Jadi serangan terhadap ide tersebut pun harus dilakukan," kata salah seorang aktivis pemuda Bandung, Ipank.

Ipank mengatakan, target kaum LGBT adalah mendapat legalitas di negeri Indonesia. Mereka, kata dia, memanfaatkan isu diskriminatif untuk meraih dukungan dan simpati dari masyarakat umum.

Sementara, perwakilan Indonesia Tanpa JIL (ITJ) Bandung, Muhammad Ridwan menilai kaum LGBT berlindung dibalik HAM. LGBT menyebut masyarakat yang menentang segala bentuk penyimpangan dituduh sebagai pelanggar HAM.

"Justru yang menjadi pelanggar HAM adalah mereka sendiri. Korban dari kaum LGBT ini tidak jarang adalah anak-anak dan orang-orang lemah dari segi pendidikan dan ekonomi," kata dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement