REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Finance Corporation (IFC) melihat empat bank syariah potensial jadi bagian pengembangan bisnis mereka ke sektor-sektor baru.
Manajer Perwakilan IFC di Indonesia, Sarvesh Suri, mengatakan IFC sedang mencari sektor baru dan mereka lihat industri keuangan syariah jadi sektor yang cukup bagus. IFC sangat tertarik dengan industri keuangan syariah di Indonesia dan sudah melakuan pembicaraan dengan Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Danamon Syariah, dan BTPN Syariah.
''Ya, sudah bicara dengan Bank Muamalat baik untuk potensi penyertaan ekuitas maupun pinjaman. Kami melihat ada kemungkinan. Tapi pembicaraannya masih sangat awal,'' kata Suri usai penandatanganan perjanjian pinjaman IFC dan ANZ kepada IIF, Senin (22/2).
Empat bank syariah itu potensial dan IFC tertarik dengan keempatnya. Harapannya tahun ini rencana itu bisa direalisasikan, baik aliran dana dalam bentuk ekuitas atau pembiayaan. Untuk ekuitas, IFC akan selalu mengambil porsi minoritas di bawah 20 persen.
''IFC akan melihat apa yang mereka butuhkan. Jika butuh ekuitas, kami beri ekuitas. Jika butuh pinjaman, kami beri pinjaman,'' kata Suri.
Salah satu sebab ketertarikan IFC pada industri keuangan syariah Indonesia adalah lebih dari 50 persen orang Indonesia tidak punya akses keuangan formal dan lebih dari 80 persen populasi Indonesia adalah Muslim. Dengan menguatnya industri keuangan syariah dan konvensional, IFC ingin ikut mewujudkan inklusi keuangan yang dicita-citakan Pemerintah Indonesia.
Suri menyatakan tidak ada angka spesifik alokasi untuk keuangan syariah. IFC punya batas lebih leluasa untuk mengucurkan pinjaman ke sektor swasta di Indonesia.