REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Eximbank pada 2015 melakukan peningkatan porsi porsi pembiayaan kepada UKM menjadi 9,71 persen dari sebelumnya sebesar 8,21 persen.
"UKM cukup tinggi, ada kenaikan dibandingkan total pembiayaan hampir 10 persen," kata Direktur Pelaksana II Indonesia Eximbank, Basuki Setyadjid di kantor Indonesia Eximbank, Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (23/2).
Selain itu, upaya mendukung penetrasi ke non-traditional market terus dilakukan, antara lain dengan adanya pembiayaan ke negara seperti Bangladesh, Hong Kong, Kamboja, Meksiko, Italia, Vietnam, dan Guatemala sebesar Rp 21.528 miliar naik 62 persen dari tahun lalu. Pada periode yang sama volume trade finance mencapai USD 918 juta atau naik 170 persen dibandingkan tahun lalu.
"Trade finance tentunya kita melakukan trade finance yang naik cukup signifikan dari sebelumnya di tahun 2014 sebesar USD 547 juta. Di sisi trade finance itu bervariasi cukup banyak, CPO turunannya, tekstil, kayu, perikanan, dan lainnya," jelasnya.
Menurutnya, struktur-struktur yang ada di address kepada kebutuhan perusahaan yang disinkronkan sesuai trade cycle. "Masing-masing sektor punya trade cycle berbeda. Oleh karena itu kita meng-address kebutuhan itu sesuai trade cycle, seluruh struktur yang dibutuhkan produk sudah tersedia. Sehingga bisa membantu para pengusaha kita dalam rangka ekspor," katanya.
Sementara pada 2016, Indonesia Eximbank menargetkan akan tumbuh sebesar 20,19 persen menjadi Rp 87.731 miliar. Penjaminan tumbuh sebesar 42,47 persen menjadi Rp8.900 miliar, dan asuransi tumbuh sebesar 566,94 persen menjadi Rp 8.050 miliar. Volume trade finance ditargetkan sebesar satu miliar dolar AS yang akan diarahkan untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek strategis.
Beberapa sektor ekonomi yang menjadi target penyaluran pembiayaan antara lain perindustrian (45,92 persen), pertanian (12,09 persen), pertambangan (10,18 persen), pengangkutan (9,34 persen), dan jasa dunia usaha (9,19 persen).