Sabtu 05 Mar 2016 22:05 WIB

Rivalitas Antar Menteri Disebut Sudah Mengerikan

Rep: Lintar Satria/ Red: Achmad Syalaby
Pelantikan menteri hasil reshuffle Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Pelantikan menteri hasil reshuffle Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Kabinet Kerja pimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang pertama kali dibentuk dinilai lebih tertib dibandingkan kabinet usai reshuffle. Direktur Kajian Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspriabri Sumowigemo melihat dalam kabinet saat ini rivalitas antara menteri dalam kabinet sangat jelas terlihat. 

"Kalau dibandingkan dengan pertama lebih awal, kedua ini menunjukan satu pola rivalitas pada tingkat yang akan mengerikan,"katanya, Sabtu (5/3).

Menurut Guspriabri, pertarungan antar menteri sudah semakin terlihat kasar. Ia mengatakan menteri adalah sebuah jabatan politik. Walaupun berasal dari kalangan profesional, ketika seseorang sudah setuju ketika ditunjuk jadi menteri maka ia memegang jabatan politik.

Karena itu, tambah Guspiabri, setiap menteri juga harus memiliki kecakapan politik. Guspiabri mengatakan melihat pengalaman politik Presiden Joko Widodo sebelumnya yang minim dalam politik nasional, para menteri pun ditunjuk berdasarkan rekomendasi orang lain.

"Melihat Presiden yang tadinya berasal dari daerah, lalu dengan sangat cepat naik menjadi Presiden, tentu sangat sedikit beliau dapat mengenal ahli-ahli, jadi tidak menutup kemungkinan para menteri direkomendasikan,"kata Guspiabri.

Dampaknya, tambah Guspiabri, tidak menutup kemungkinan menteri membawa kepentingan-kepentingan lain. Menurut dia, hal tersebut memang sudah menjadi kewajaran dalam politik."Yang bisa harapan biar bagaimana pun utang budi harus dibales. Tapi jangan sampai merugikan negara. Orang berterimakasih itu baik saja. Tapi juga harus profesional," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement