Kamis 10 Mar 2016 19:23 WIB

Menteri Yuddy Diminta Lebih Bijak

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Achmad Syalaby
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN dan RB) Yuddy Chrisnandi memberikan keterangan pers menyambut tahun 2016 di Gedung Kemenpan dan RB, Jakarta, Senin (4/1).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN dan RB) Yuddy Chrisnandi memberikan keterangan pers menyambut tahun 2016 di Gedung Kemenpan dan RB, Jakarta, Senin (4/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Anggota Komisi II DPR Rahmat Hamka, meminta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi untuk bersikap arif dan bijaksana, dalam menyikap guru yang mengkritiknya. Salah satu guru honorer yang ditangkap di Brebes, Jawa Tengah, karena mengancam MENPAN RB, melalui sms ke no HP, dan langsung ditahan polisi.

''Hendaknya harus disikapi secara arif dan bijak oleh menteri. Jangan terkesan reaktif, kalau bisa dipahami secara lebih mendalam kronologisnya,'' kata Rahmat, Kamis (10/3). Rahmat meminta laporan yang dibuat jangan sepihak dari staf ahli saja. Ia berharap ada penyelesaian secara kekeluargaan karena ini sifatnya delik aduan. Apalagi, ancaman tersebut tidak begitu signifikan juga akan terjadi. 

Kalau dianalisa secara tersirat, dia menjelaskan, hal ini hanya sebagai bentuk kekecewaan dari kebijakan terkait honorer k2. ''Kalau dikatakan ancaman serius terlalu berlebihan, coba tempatkan masalah ini secara proporsional,'' ujarnya.

Menurut dia, yang bersangkutan juga menitipkan surat melalui wakil rakyat yang mengunjunginya, untuk disampaikan kepada MenPAN RB. Isinya permintaan maaf dan mengaku khilaf serta menyesali perbuatannya. Pelaku juga memohon agar bisa segera ada penyelesaian masalah yang dihadapinya.

Apalagi pelaku merupakan tulang punggung keluarga yang menerima gaji 350 ribu perbulan sebagai guru honorer. Sehinga, mudah-mudahan ini bisa jadi pembelajaran semua pihak tanpa harus ada yang tersakiti lagi

Anggota DPR RI Komisi II Endro Purnomo dari Gerindra, dan Rahmat Hamka dari PDI Perjuangan sebelumnya mengunjungi guru honorer tersebut di sel tahanan Polda pada Selasa (7/3). Kedatangan mereka untuk bertanya secara langsung bagaimana kejadian itu, tanpa bermaksud untuk intervensi proses hukum yang berjalan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement