Jumat 11 Mar 2016 17:02 WIB

Ahok Dinilai Masih Trauma dengan Partai Politik

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Angga Indrawan
Basuki Tjahaja Purnama
Foto: asin Habibi/Republika
Basuki Tjahaja Purnama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), memilih untuk maju melalui jalur perseorangan atau independen dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Bukan tidak mungkin, pilihan Ahok ini tidak terlepas dari rasa trauma terhadap pilihan untuk maju melalui jalur partai politik.

Menurut peneliti di Centre for Indonesia Political dan Social Studies (CIPSS), Muhammad Hailuki, jika menilik karier politiknya, Ahok memang dikenal sebagai politikus yang kerap maju ke perhelatan pemilihan kepala daerah, maupun legislatif. Selama mengikuti perhelatan politik tersebut, Ahok pun diusung oleh partai-partai yang berbeda.

Pada saat menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, Ahok diusung oleh Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). Kemudian saat menjabat sebagai Komisi II DPR RI, Ahok berasal dari Partai Golkar. Sementara saat menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok diusung oleh Gerindra. Ahok pun menduduki jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat menggantikan Joko Widodo, yang terpilih sebagai Presiden RI.

Pada saat itu, Ahok sudah menyatakan keluar dari partai yang mengusungnya di Pilkada DKI Jakarta 2012. Jika pada saat ini, Ahok memilih untuk maju melalui jalur independen, maka bukan tidak mungkin itu adalah bentuk trauma Ahok atas pilihan maju melalui jalur Partai Politik.

"Bisa akhirnya timbul asumsi seperti itu. Indikasinya adalah karena dia punya beberapa kali pengalaman ikut Pilkada dan Pileg, dari partai yang berbeda-beda. Sehingga dia tahun bagaimana harus berurusan dengan elit-elit parpol. Akhirnya dia memilih jalur independen," ujar Hailuki kepada Republika.co.id, Jumat (11/3).

Tidak hanya itu, indikasi lain yang dapat digunakan, ujar Hailuki, sikap-sikap parpol di Jakarta terkait pilihan Ahok ini. "Kami lihat, ternyata beberapa parpol memberi jalan. Ketika partai sudah memberi jalan, kenapa Ahok terus menggalang dukungan?. Akhirnya kan ada asumsi yang timbul, Ahok masih merasa distrust terhadap parpol,'' ujar Hailuki.

Namun, pengamat politik asal Universitas Nasional (Unas) itu menilai tepat atau tidaknya keputusan Ahok untuk maju melalui jalur per orangan baru akan terlihat dalam setahun mendatang. Tepatnya saat proses Pilkada DKI Jakarta memasuki tahap-tahap akhir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement