REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seni musik Angklung dari tatar Sunda, Jawa Barat, memukau masyarakat Selandia Baru. Alat musik terbuat dari bambu itu ditampilkan dalam Festival Pasifika yang digelar di Western Spring, Auckland, Selandia Baru.
Kepala Bidang Festival Pasar Asia Pasifik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Adella Raung dalam pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (12/3), menyebutkan angklung asal Indonesia akan dijadikan diplomasi dan promosi budaya Indonesia di negara tersebut.
"Ini pertama kali Indonesia tampil pada Pasifika Festival, tujuannya untuk mengenalkan budaya dan sejumlah destinasi menarik kepada masyarakat di Selandia Baru," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Adella memimpin misi kebudayaan, termasuk para pemusik angklung untuk tampil dalam acara itu.Suara bambu yang dipukul dan angklung yang dihentak terdengar aneh bagi telinga warga Auckland, sehingga mengundang para pengunjung melihat dari dekat "stand" atau saung Indonesia.
Apalagi saung Indonesia berada di dekat gerbang masuk sehingga begitu masuk arena festival, suara angklung itulah yang pertama terdengar.Empat pemain Angklung dari Ikreasindo Bandung menampilan lagu lagu Sunda seperti Buncis, Oray-orayan, dan Tokecang.
Sesekali juga diinstrumenkan lagu nasional seperti Bengawan solo dan lagu barat sehingga mendapat sambutan meriah dari pengunjung. Beberapa pengunjung bahkan mencoba memainkannya.
Festival itu pun menyajikan pertunjukan keberagaman budaya kawasan Pasifik seperti Samoa, Tonga, Kepulauan Cook, Fiji, Niue, Tahiti, Tokelau, Tuvalu, Kiribati, dan Tangata Whenua.
Tim Indonesia juga menyajikan pakaian karnaval dengan tema burung dari Sanggar Amor Carnaval Malang.Dua penari merak yaitu Yulia dan Okinawa juga menjadi serbuan pengunjung yang ingin ikut berfoto bersama.
Termasuk Wali Kota Auckland Len Brown dan Konjen Amerika di Selandia Baru Melanie Higgins. "Kostum yang sangat menarik dan indah," ucap Len Brown.