REPUBLIKA.CO.ID, IDOMENI -- Seniman pembangkang Cina Ai Wei Wein kembali membuat hal mencengangkan kepada migran. Ia mendatangkan grand piano putih di tanah berlumpur, kamp pengungsi di perbatasan Yunani-Makedonia, Sabtu (12/3).
Seorang wanita muda Suriah pun membunyikan tuts-tuts piano untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun. Ai membuat pertunjukan di tengah hujan lebat di bawah lembaran plastik. Sementara sebagai bintangnya adalah Nour Alkhzam (24 tahun) yang berharap bisa menemui suaminya di Jerman.
Ia bermain selama 20 menit di lapangan di kamp perbatasan Idomeni, di mana 12 ribu migran dan pengungsi terjebak dalam kondisi suram. "Ini adalah upaya kami untuk menciptaka kesempatan bagi wanita ini," kata Ai dilansir dari Channel News Asia Ahad (13/3).
Ia mengatakan, Nour Alkhzam telah menjadi korban perang di negaranya sendiri dan tidak berkesempatan menyentuh piano selama tiga tahun. Ia juga telah terpisah dengan suaminya selama satu setengah tahun.
"Sangat menyentuh" kata Ai saat menonton Nour bermain piano. "Ini memberitahu dunia bahwa seni akan mengatasi perang," lanjutnya kepada wartawan.
Ai merupakan duri bagi pemerintah komunis Cina. Ia telah berulang kali berbicara mendukung pengungsi dan mengecam penanganan kritis politisi Eropa. Bulan lalu, Ai membungkus ribuan jaket pelampung yang dibuang oleh migran yang tiba di Yunani di sekitar aula konser Konzerthaus Berlin, Jerman.
Pada Januari, ia menutup pameran karyanya di Kopenhagen sebagai protes setelah anggota perlemen meloloskan RUU kontroversial. RUU tersebut memungkinkan pihak berwenang merebut barang berharga para pencari suaka.
Sebagai seniman kontemporer paling menonjol Cina, Ai membantu merancang stadion Sarang Burung untuk Olimpiade Beijing dan telah dipamerkan di seluruh dunia. Namun karya-karyanya sering bertabrakan dengan otoritas Cina. Ia ditahan pada 2011 selama 81 hari karena membela demokrasi dan hak asasi manusia serta kritikan terhadap pemerintah di Beijing.