Selasa 15 Mar 2016 15:46 WIB

Banjir di Bandung Berdampak Negatif pada Ekonomi Jawa Barat

Rep: C26/ Red: Winda Destiana Putri
Warga membawa sepeda motornya ke luar dari lokasi banjir di daerah Cisirung, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Ahad (13/3).  (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Warga membawa sepeda motornya ke luar dari lokasi banjir di daerah Cisirung, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Ahad (13/3). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banjir yang menggenang di beberapa daerah di Jawa Barat diyakini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Seperti musibah banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung beberapa hari lalu.

Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi mengatakan tingkat perekonomian Jawa Barat pasti ikut terkena dampak negatif dari banjir di sekitar Kabupaten Bandung. Pasalnya wilayah tersebut merupakan kawasan ekonomi mulai dari pertanian hingga industri.

Ia menyebutkan Kabupaten Bandung menjadi salah satu sentra penghasil komoditas pertanian. Tentunya jika tergenang banjir berpengaruh pada berkurangnya produksi pertanian.

"Banjir tentu menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Komoditas pertanian akan terganggu karena sebagian besar yang tergenang merupakan wilayah pertanian," kata Acuviarta kepada Republika, Selasa (15/3).

Genangan banjir, ujar dia, juga berpengaruh pada terhambatnya distribusi barang dan jasa. Alhasil pasokan yang berkurang akan menyebabkan harga barang menjadi melonjak. Terutama harga bahan makanan.

Selain itu, menurutnya berbagai pabrik industri olahan juga banyak berkembang di wilayah Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Tentunya jika terendam banjir, pabrik tidak bisa memproduksi barang olahannya.

Kondisi tersebut, kata dia, berpotensi menyebabkan pabrik terancam gulung tikar. Apalagi jika menjadi daerah langganan banjir. Bukan menjadi hal tidak mungkin produsen akan memilih pindah lokasi pabrik.

"Tentu jika pabrik gulung tikar atau pindah maka warga sekitar kehilangan pekerjaan. Bagaimana kondisi ekonomi di sana kalau begitu," ujarnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi juga menyayangkan banjir seolah menjadi rutinitas yang belum terselesaikan sejak dulu. Padahal daerah tersebut merupakan sentra industri yang menopang perekonomian Jawa Barat.

 

"Daerah yang terkena banjir umumnya merupakan back bone (tulang punggung) perekonomian Jawa Barat yang harus diwaspadai jika tidak bisa terselesaikan," kata Rosmaya di Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (14/3) kemarin.

Berdasarkan analisis keuangan, ujarnya, banjir tentu memberikan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Padahal pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mulai berkembang pada 2016 ini.

Produsen pabrik olahan yang menurutnya kebanyakan merupakan sentra ekspor dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena tak mampu memproduksi. Otomatis ini menjadi penghambat yang mengancam bukan hanya pada pelaku usaha tapi juga masyaraktnya.

Oleh karenanya, selaku otoritas keuangan pihaknya hanya bisa memberikan analisis dampak keuangan kepada pemerintah provinsi. Penanganan selanjutnya tetap merupakan tanggung jawab pemerintah setempat.

"Analisis keuangan dari kami yang akan menjadi masukan ke pemerintah untuk cepat bertindak," ujarnya.

Sejak musim penghujan mulai intens mengguyur, Kabupaten Bandung menjadi salah satu wilayah yang rutin terkena luapan air. Aktivitas warga seolah lumpuh karena terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Bukan hanya di Kabupaten Bandung, Kota Bandung di wilayah timur juga menjadi daerah langganan banjir yang tak kunjung ada solusinya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement