REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mencatat sebanyak 137 penderita demam berdarah dengue (DBD) dari Januari hingga Maret 2016, lima di antaranya meninggal dunia.
"Pada Januari penderita DBD yang meninggal dunia satu orang, Februari dua orang dan hingga pertengahan Maret bertambah lagi dua penderita meninggal. Jadi selama hampir tiga bulan pada 2016 korban virus DBD meninggal dunia seluruhnya lima orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Abu Bakar Abdi di Situbondo, Rabu (16/3).
Ia mengemukakan, penderita demam berdarah yang meninggal dunia rata-rata masih anak-anak, yaitu usia 5 hingga 10 tahun. Para korban berasal dari Kecamatan Suboh, Jangkar, Asembagus, Mangaran serta Melandingan
Menurut Abu Bakar, penyebab penderita meninggal umumnya karena keluarga korban terlambat membawa putra dan putrinya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
"Terlambat dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya, kadangkala orang tua kurang peka dan menganggap remeh jika putra dan putrinya mengalami demam. Padahal sudah jelas awal mula penderita DBD itu demam atau suhu tubuhnya panas," katanya.
Mantan Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) RSUD dr Abdoerrahem Situbondo ini menambahkan Dinas Kesehatan masih belum bisa menyatakan Situbondo sebagai kejadian luar biasa (KLB) kasus DBD pada 2016.
"KLB demam berdarah itu berlaku jika korban meninggal dunia pada 2016 lebih banyak dibanding tahun 2015," tuturnya.
Untuk mengantisipasi semakin bertambahnya kasus demam berdarah dengue di Kota Santri ini, lanjut dia, Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo akan melakukan pengasapan secara masal.
"Untuk antisipasi kami yang akan datang, satu bulan sebelum musim hujan tiba atau sekitar bulan Oktober dilakukan pengasapan massal seluruh Kabupaten Situbondo, serta akan digelar gerakan Situbondo antijentik, yang artinya selain melakukan pengasapan kami juga akan membagikan obat pembunuh jentik atau abate kepada seluruh masyarakat," ujarnya.