REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Produksi jagung di tingkat nasional mengalami penurunan hingga 200 ribu ton pada tahun 2015. Penurunan produksi ini diakui tak hanya terjadi pada tanaman jagung, tapi juga komoditas pertanian lainnya.
"Sasaran tanam kita di tahun lalu, baik itu padi ataupun jagung, semuanya mengalami penurunan. Kalau produksi (jagung), kita turun 200 ribu ton," kata Kepala Badan Karantina Kementan, Banun Harpini, saat menghadiri panen raya jagung di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Rabu (16/3).
Menurut Banun, hal itu disebabkan oleh kemarau yang panjang atau el nino. "Ini karena fenomena musim kemarau panjang, atau yang biasa kita sebut el nino," kata dia.
Kendati demikian, lanjut Banun, el nino yang terjadi pada tahun lalu tidak terlalu memberikan pengaruh pada laju produksi pangan di Jabar. Sebab, bagi wilayah Jabar, kondisi el nino hanya menunda masa panen. "Karena pada dasarnya kita lakukan penanaman terus, meski tahun kemarin belum bisa memenuhi (sasaran tanam)," kata dia.
Akibat panen yang tertunda di Jabar ini, diakui Banun, musim tanam di tahun ini mengalami kemunduran. Namun, berdasarkan prediksi cuaca BMKG, tahun ini musim kemarau akan tepat waktu, yakni pada Mei. "Ini kemaraunya kemarau basah," kata dia.
Biasanya, wilayah pertanian di Jabar itu jagonya saat berhadapan dengan kemarau basah. "Saat kita nanti MK 1 (musim kemarau 1), MK2, itu tetap akan ada hujan. Sehingga kami sangat mengharapkan begitu panen seperti ini langsung tanam culik," kata dia.