REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Segitiga Institute, Muhammad Sukron, menilai dua pimpinan fraksi Golkar di DPR, Setya Novanto (Setnov) dan Aziz Syamsuddin, telah bersikap paranoid. Tudingan tersebut terkait dengan keluarnya surat instruksi yang melarang tenaga ahli dari partai pohon beringin untuk terlibat aktif dalam proses kandidasi calon ketua umum Partai Golkar pada Musyarawah Nasional Luar biasa (Munaslub) 2016.
''Pak Setya Novanto cuma paranoid saja. Padahal pemilihan ketua umum Golkar itu tergantung pada pengurus daerah dan DPP Golkar yang punya hak suara di Munaslub. Tak ada kaitan dengan tenaga ahli fraksi," kata Sukron di Jakarta, Jumat (18/3).
Pernyataan Sukron ini menyikapi beredarnya surat nomor INT.00.755/FPG/DPR-RI/III/2016 yang ditujukan kepada anggota fraksi Golkar dan tenaga ahli fraksi Golkar. Surat tersebut dikeluarkan pada 14 Maret 2016 dengan tandatangan dari Novanto dan Aziz.
Surat itu menjelaskan pimpinan FPG DPR RI melarang tenaga ahli FPG DPR-RI khususnya dan tenaga ahli anggota FPG DPR-RI pada umumnya untuk terlibat aktif dalam proses kandidasi calon ketua umum DPP Partai Golkar pada Munaslub 2016
Sukron menilai keluarnya surat itu membuktikan betapa Novanto dan Aziz benar-benar menutup ruang bagi calon lawan-lawannya untuk mempersiapkan diri jelang Munaslub Golkar mendatang. Bagi dia, surat itu membuktikan betapa besarnya ketakutan Novanto dan Aziz.
Menurut Sukron, jauh lebih positif apabila Setnov memperbaiki kualitas diri dengan sering hadir dalam rapat-rapat di DPR. ''Bukannya malah menitip absen seperti kejadian di rapat paripurna DPR beberapa waktu lalu,'' cetusnya.