Ahad 20 Mar 2016 18:50 WIB

Sudah Setahun Nenek Ini Tidur di Bekas Kandang Kambing

Rep: Riga Iman/ Red: Angga Indrawan
Mak Ikah, warga Sukabumi yang terpaksa menghuni bekas kandang kambing.
Foto: Riga Iman
Mak Ikah, warga Sukabumi yang terpaksa menghuni bekas kandang kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Nasib memprihatinkan dialami seorang nenek di Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Mak Ikah (70 tahun) sudah setahun terakhir terpaksa tinggal di bekas kandang kambing.

Mak Ikah merupakan warga Kampung Legoknyenang RT 48 RW 23, Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh. Ia kini tinggal bersama dengan suaminya Mad Hari (80) yang sakit akibat terkena serangan stroke sejak tujuh tahun yang lalu. "Sudah setahun tinggal di sini," ujar Mak Ikah kepada wartawan, Ahad (20/3). 

Bekas kandang kambing tersebut ukurannya cukup sempit sekitar 3x4 meter persegi. Namun, sehari-harinya ia tidur di ruangan tersebut dengan lantai beralaskan tanah dan berdindingkan bilik bambu. Tempat tidurnya pun hanya sederhana, yakni bambu.

Sementara suaminya, tinggal di bangunan yang ada di sebelah bekas kandang kambing. Namun, luas ruangannya jauh lebih sempit dari bekas kandang kambing, yakni sekitar 2x3 meter persegi. Mak Ikah menerangkan, ia terpaksa tinggal di bangunan bekas kambing karena tidak punya pilihan lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, dia masih kesulitan. 

Selama ini ujar Mak Ikah, penghasilannya hanya mengandalkan dari upah membersihkan rumput. Sementara suaminya sudah tidak bisa bekerja karena sakit. Sebenarnya, Mak Ikah mempunyai  tiga orang anak yang sudah dewasa dan mempunyai keluarga.Namun ketiga anaknya tersebut kondisinya juga termasuk warga tidak mampu. Sehingga mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarganya masing-masing.

Salah satu anak Mak Ikah, Aho (45 tahun) mengatakan, keluarga tidak bisa berbuat banyak atas kondisi orang tuanya. "Sebenarnya sedih, namun bagaimana lagi saya juga hanya tukang meubel yang penghasilannya kecil," kata dia.

Menurut Aho, keluarga sudah berupaya meminta perhatian dari pemerintah desa. Hasilnyaa, ada perwakilan yang mengaku dari desa melakukan pengecekan ke lokasi.Ironisnya kata Aho, seseorang yang mengaku dari desa itu malah minta uang administrasi kepada keluarga. Di mana, uang tersebut informasinya digunakan untuk biaya fotokopi dokumen seperti KTP dan kartu keluarga (KK). Namun sayangnya, ungkap Aho, hingga kini bantuan dari pemerintah belum juga datang. Padahal, ia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membantu kedua orang tuanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement