Selasa 22 Mar 2016 08:09 WIB

Peneliti Cemaskan Keterlibatan Robot di Zona Perang

Rep: C21/ Red: Ilham
Sistem persenjataan
Foto: Dailymail
Sistem persenjataan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Senjata autonomus dimungkinkan digunkan di zona pertempuran agar memudahkan beban bagi tentara. Namun para peneliti mencemaskan ancaman keselamatan dan keamanan kedepan jika robot itu berlaku tidak etis.

Autonomous tidak sama dengan drone, yang masih dikendalikan sepenuhnya oleh manusia. Karena autonomous didesain dengan kecerdasan buatan untuk memilih dan menyerang target secara otomatis.

"Itu salah satu perhatian yang kita perinci tahun lalu," kata profesor kecerdasan buatan (AI) di sekolah ilmu komputer dan teknik di University of New South Wales, Toby Walsh kepada FoxNews.com seperti yang dilangsir di Dailymail, Selasa (22/3).

Toby mengatakan, sebagian dari orang-orang tidak percaya bahwa manusia bisa membangun robot beretika. Padahal, belum tentu demikian adanya.

Dalam rangka membangun sebuah "etika" robot, peneliti akan mencoba membuat program khusus untuk menjaga mereka tetap berbuat benar. Misalkan seperti seorang penulis fiksi, Isaac Asimov yang telah menuliskan cerpen "Runaround" dan memperkenalkan tiga hukum untuk mengatur perilaku robot.

1. Robot tidak mungkin melukai manusia atau melalui kelambanan (tahapan belajar), memungkinkan manusia menyakitinya.

2. Robot harus mematuhi perintah yang diberikan manusia kecuali perintah tersebut bertentangan dengan hukum pertama.

3. Robot harus melindungi keberadaanya sendiri selama perlindungan agar tidak bertentangan dengan hukum pertama dan kedua.

Meskipun para ahli setuju membangun cyborg bermoral, itu artinya harus menggunakan demua aturan itu dalam sebuah desain. Namun, bahkan ketika senjata autonomus memiliki hukum dan moral, mereka mungkin dapat sangat berbahaya.

Ketakutan lainnya, adalah masalah yang dapat ditimbulkan oleh peretas. "Ada upaya untuk mengeraskan enkripsi data link agar membuat koneksi dengan operator lebih aman," kata editor of IHS Jane's International Defence Review, Huw Williams.

Namun dia melanjutkan bahwa hal ini masih menjadi perhatian karena tidak ada enkripsi yang sempurna. Selain itu, persoalan bahwa link data dapat rusak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement