Jumat 25 Mar 2016 13:44 WIB

Miris, Selain Ambruk Sekolah Ini Juga Kekurangan Guru

Rep: Fuji E Permana/ Red: Bilal Ramadhan
sekolah ambruk (ilustrasi)
Foto: www.antarafoto.com
sekolah ambruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong di Dasa Sukasenang, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya berada di pelosok. Hingga saat ini SDN Bojong kekurangan tenaga pengajar PNS. Selain itu, tiga ruangan kelas SDN Bojong ambruk akibat diterjang hujan deras.

Kepala Sekolah SDN Bojong, Nana mengatakan, selain atap tiga ruangan kelas ambruk, ada permasalahan lain di sekolah dasar yang dipimpinnya. Di SDN Bojong hanya ada satu orang guru kelas yang sudah PNS. Artinya, di SDN tersebut masih kekurangan tenaga pengajar PNS.

"Permasalahannya ini kami hanya memiliki satu orang guru kelas yang PNS," kata Nana kepada Republika.co.id, Jumat (25/3).

Nana menjelaskan, satu orang guru kelas yang PNS itu dibantu seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sudah PNS. Untuk menanggulangi kurangnya tenaga pengajar di SDN Bojong. Ia memenfaatkan tenaga pengajar guru sukarelawan (sukwan).

Dikatakan Nana, kalau melihat dari jumlah tenaga pengajar guru sukwan memang sudah cukup. Sebab, ada tujuh orang guru sukwan. Namun, sangat disayangkan guru sukwan yang sudah mengajar sepuluh tahun lamanya di SDN Bojong masih belum menjadi CPNS.

"Guru sukwan itu sudah lama mengajar ada yang sudah mengajar lima tahun lamanya dan ada juga yang sudah mengajar sepuluh tahun," ujar Nana.

Ia sangat berharap guru sukwan yang telah bertahun-tahun lamanya mengabdi diangkat menjadi CPNS. Sebab, saat ini risiko hidup semakin meningkat, sementara penghasilan guru sukwan cukup kecil.

Sebelumnya, SDN Bojong juga terkena musibah. Atap ruangan kelas I, II dan III ambruk pada Rabu (23/3) sekitar pukul 01.00 WIB. Tiga ruang kelas tersebut terakhir direnovasi pada tahun 2012. Nana mengatakan, ada 38 siswa dari tiga kelas yang atapnya ambruk terpaksa belajar di Sekolah Madrasah.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرٰنِ مِنْ غَيْرِكُمْ اِنْ اَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَاَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِاللّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللّٰهِ اِنَّآ اِذًا لَّمِنَ الْاٰثِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah salat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, “Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 106)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement