REPUBLIKA.CO.ID, Tewasnya Siyono saat dibawa petugas Densus 88 Polri membawa trauma bagi keluarganya. Terlebih, Siyono ditangkap saat mengajar di taman kanak-kanak di Klaten, Jawa Tengah.
Seorang psikolog asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi Estiningsih, merasa terpanggil untuk memulihkan keluarga Siyono dari ketakutan. Dia pun mencurahkan kisahnya saat berjumpa dengan keluarga Siyono di pelosok Cawas, Klaten, pada 21 Maret lalu. Berikut penuturan Dwi lewat akun facebook-nya Dwi Estiningsih.
Bismillahirrahmanirrahim
Hari ini sungguh merupakan hari yang sangat spesial untuk saya. Tempo hari, saya membaca tweet guru kita Irena Handono bahwasanya putra-putri alm. Siyono mengalami trauma. Selepas subuh saya meminta dikuatkan Allah.
Demi Allah, tilawah Quran saya pagi tadi tepat di surat An Nisa 77 tentang perjuangan, jihad. Suatu petunjuk yg amat nyata yg membulatkan tekad untuk pergi ke Cawas, Klaten meski hanya berkendaraan seorang diri.
Setelah mendapat izin suami, 3 jam saya berkendaraan dari jogja. Lalu lintas macet plus harus tanya-tanya sampai pelosok Cawas, Klaten. Sampai ujung desa Pogung, Cawas, Klaten tak sulit menemukan rumah alm. Siyono, semua orang kenal.
Di depan halaman tempat menjemur padi, duduk Ibu sepuh, Ibunda alm. Siyono, dua kakak perempuannya, dua anaknya dan beberapa keponakan. Saya memperkenalkan diri dan sampaikan tujuan untuk silaturahim. Alhamdulillah disambut dengan baik.
Sambutan khas masyarakat pedesaan, semua anggota keluarga alm. Siyono keluar dan diperkenalkan satu per satu. Hangat sekali.