REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama Machasin mengatakan sepakat bahwa imam di masjid sebaiknya tidak hanya mengimami shalat saja. Imam seharusnya mampu memimpin jamaah dan orang-orang yang berafiliasi dengan masjid.
"Di Indonesia memang imam masjid belum seluruhnya ditata dengan baik, hanya di kota-kota besar dan masjid-masjid besar saja, berbeda dengan imam masjid di negara lain seperti di Arab Saudi dan Mesir, bahkan di Arab Saudi, imam masjid digaji oleh pemerintah sedangkan disini hanya sukarelawan saja," ujar dia kepada Republika, Ahad (27/3).
Machasin menyambut baik adanya Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) karena dapat berperan mewadahi komunikasi dan bertukar pengalaman diantara imam masjid di seluruh Indonesia. Meski saat ini banyak masjid tidak memiliki imam tetap dan hanya bergantian saja menjelang shalat.
Machasin menilai imam masjid di Indonesia belum seluruhnya memiliki kewibawaan beragama seperti imam masjid di negara lain. "Imam masjid saat ini lebih banyak dipandang dari segi ibadah dan bacaan Alqurannya yang baik dan sebatas memberikan ceramah saja," jelas dia.
Berbeda dengan Arab Saudi atau Mesir, seorang imam masjid merupakan seorang panutan jamaahnya. Mereka sama tingkatannya dengan ulama-ulama di Indonesia, sedangkan ulama-ulama di Indonesia jarang sekali yang didaulat menjadi seorang imam masjid.
Namun menurut dia, Indonesia masih belum membutuhkan pengukuhan imam di setiap masjid. Tetapi pihkanya mengembalikan lagi kepada masyarakat apakah mereka membutuhkan imam masjid atau tidak dalam membimbing umat.