Ahad 27 Mar 2016 14:55 WIB

Imam Masjid tak Hanya Sekadar Imami Shalat

Rep: ratna ajeng tejomukti/ Red: Muhammad Subarkah
Kaum muslim India shalat subuh berjamaah di Masjid Jama New Delhi. Dipimpin oleh Imam Masjid Agung Makkah Abdul Rehman Sudais, Ahad 27 Maret 2011
Foto: AP
Kaum muslim India shalat subuh berjamaah di Masjid Jama New Delhi. Dipimpin oleh Imam Masjid Agung Makkah Abdul Rehman Sudais, Ahad 27 Maret 2011

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama Machasin mengatakan sepakat bahwa imam di masjid sebaiknya tidak hanya mengimami shalat saja. Imam seharusnya mampu memimpin jamaah dan orang-orang yang berafiliasi dengan masjid.

"Di Indonesia memang imam masjid belum seluruhnya ditata dengan baik, hanya di kota-kota besar dan masjid-masjid besar saja, berbeda dengan imam masjid di negara lain seperti di Arab Saudi dan Mesir, bahkan di Arab Saudi, imam masjid digaji oleh pemerintah sedangkan disini hanya sukarelawan saja," ujar dia kepada Republika, Ahad (27/3).

Machasin menyambut baik adanya Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) karena dapat berperan mewadahi komunikasi dan bertukar pengalaman diantara imam masjid di seluruh Indonesia. Meski saat ini banyak masjid tidak memiliki imam tetap dan hanya bergantian saja menjelang shalat.

Machasin menilai imam masjid di Indonesia belum seluruhnya memiliki kewibawaan beragama seperti imam masjid di negara lain. "Imam masjid saat ini lebih banyak dipandang dari segi ibadah dan bacaan Alqurannya yang baik dan sebatas memberikan ceramah saja," jelas dia.

Berbeda dengan Arab Saudi atau Mesir, seorang imam masjid merupakan seorang panutan jamaahnya. Mereka sama tingkatannya dengan ulama-ulama di Indonesia, sedangkan ulama-ulama di Indonesia jarang sekali yang didaulat menjadi seorang imam masjid.

Namun menurut dia, Indonesia masih belum membutuhkan pengukuhan imam di setiap masjid. Tetapi pihkanya mengembalikan lagi kepada masyarakat apakah mereka membutuhkan imam masjid atau tidak dalam membimbing umat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement