REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON D.C -- Bangunan itu lebih menyerupai gereja ketimbang masjid. Pelataran depannya ditopang empat tiang kokoh bercat putih. Daun pintu dan jendelanya lumayan besar menyerupai model rumah klasik di Amerika.
Corak temboknya bata merah dengan bentuk atap segitiga. Tidak ada kubah seperti kebanyakan masjid di Indonesia. Namun, dari bangunan ini lah justru Muslim Indonesia menyuarakan siar Islam yang ramah di Amerika Serikat.
"Dulunya masjid ini memang gereja," kata seorang Muslim Indonesia di Amerika Rio Poerbowo kepada Republika, Rabu (30/3) di Washinton D.C Amerika Serikat.
Rio sudah hampir 20 tahun tinggal di Amerika. Dia menceritakan alih fungsi gereja menjadi masjid diinisiasi komunitas Muslim Indonesia yang tergabung dalam organisasi Indonesian Muslim Association in America (Imaam).
Menurut Rio, organisasi yang berdiri pada 1993 ini berkeinginan memiliki masjid yang menjadi pusat ibadah, aktifitas sosial, dan pendidikan.
Keinginan itu hampir terwujud pada 1995. Saat itu IMAAM berhasil membeli dua unit rumah di kawasan Veirs Mill Rd, Rockville, Maryland.
Rencananya rumah itu akan dijadikan masjid, namun gagal karena mendapat penolakan dari masyarakat setempat. Walhasil warga Muslim Indonesia masih harus melaksanakan shalat secara menyebar di sejumlah tempat ibadah di Washington D.C.