Sabtu 02 Apr 2016 10:45 WIB

'Apakah Butuh Persetujuan Kepala Desa untuk Autopsi Jenazah Siyono?'

Rep: c21/ Red: Bilal Ramadhan
Jenazah terduga teroris Siyono saat diangkat dengan kurung batang
Foto: Antara
Jenazah terduga teroris Siyono saat diangkat dengan kurung batang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan melakukan pertemuan dengan dokter forensik untuk membicarakan waktu autopsi jenazah Siyono (39 tahun). Sehingga pada hari ini, secara teknis akan dilakukan rapat antara Komnas HAM dengan Dokter Forensik.

Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Maneger Nasution mengatakan upaya keluarga Siyono untuk mencari keadilan akan diperjuangan. "Dokter forensik boleh dari manapun, bisa dari polisi atau apapun. Murni akademis, medis," kata dia, Sabtu (2/4).

Sebelumnya terduga teroris Siyono meninggal di tangan anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 saat hendak meminta menunjukan senjata mereka. Maneger menuturkan dalam kasus tewasnya Siyono Komnas HAM tidak ingin berandai-andai. Sehingga saat hasilnya keluar, mereka akan membuat rekomendasi hasil penyelidikan.

"Jadi hasil penyelidikan Komnas HAM bentuknya rekomendasi," kata dia.

Meskipun ada pelarangan oleh sejumlah pihak, seperti Kepala Desa atau aparatur desa, kata Manager adalah tugas dari pemerintah pusat maupun daerah untuk melindungi keluarga Siyono. Dalam hal ini, Komnas HAM bukan menjadi pembela, namun sebagai pengawas pemerintah apakah sudah menjalankan kewajibannya.

"Pertanyaannya apakah butuh persetujuan kepala desa?" tegas dia.

Untuk istri atau keluarga Siyono yang mengalami teror, Maneger menuturkan tugas negara untuk melindungi mereka. Karena forensik adalah hak keluarga Siyono untuk mendapatkan keadilan. Terkait kapan autopsi akan dilakukan, teknisnya ada di tangan dokter forensik yang bersedia mengautopsi jenazah Siyono.

"Kita sedang melakukan penyelidikan. Salah satu yang kita butuhkan melengkapi data, data yang kita butuhkan darimana? itu antara lain dari autopsi dan nanti muncul dalam rekomendasi kita," tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement