REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana DPR RI untuk membangun perpustakaan parlemen Indonesia sebagai simbol ilmu pengetahuan terbesar di Asia Tenggara menjadi sebuah pertanyaan. Sebab di Indonesia sudah ada Perpustakaan Nasional di wilayah DKI Jakarta.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mempertanyakan memang ada berapa orang parlemen yang ingin berkunjung ke perpustakaan. "Sekarang zamannya geser-geser, kalau mau bikin sudah saja bangun Perpustakaan Nasional," kata Agus, Sabtu (2/3).
Agus menuturkan kecuali memang anggota DPR RI memang sering nongkrong di perpustakaan. Sehingga perpustakaan parlemen tidak diperlukan, karena telah ada Perpustakaan Nasional. Oleh karena itu, untuk anggota DPR RI yang ingin membaca buku lebih baik datang ke Perpustakaan Nasional.
"Pertanyaan saya perlu enggak itu perpustakaan di DPR, tidak perlu. Jadi implikasinya ngapain anggaran tersebut digunakan," kata dia.
Seperti diketahui jika DPR RI berencana untuk membangun perpustakaan mewah terbesar se-Asia dengan anggaran sebesar Rp 572 miliar. Namun tidak sedikit organisasi atau orang menuturkan rencana pembangunan perpustakaan mewah tersebut hanya akan menghamburkan uang."Siapa yang memerlukan, suruh pergi ke perpustakaan nasional," tegas dia.
Agus menuturkan Perpustakaan Nasional sudah ada dan sedang dipugar. Selain itu, sudah zamannya membaca dengan gesek-gesek di smartphone dan perpustakaan nasional yang dapat diakses secara online. Jadi terserah anggaran tersebut ingin dibuat apa, selain perpustakaan.
Sementara itu, pembangunan perpustakaan di daerah bukan urusan DPR namun Pemerintah Daerah (Pemda). "Di DPR sudah ada perpustakaan, namun ada yang datang tidak?" tutup dia.