REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak berwenang Indonesia mengatakan mereka tidak akan menyerah berupaya membebaskan 10 pelaut Indonesia yang disandera oleh kelompok militan garis keras Abu Sayyaf di Filipina. Meskipun batas waktu pembayaran uang tebusan telah semakin dekat namun pemerintah mengaku tak akan berhenti berupaya.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan setiap upaya untuk menjamin pembebasan para sandera itu dipantau dengan baik. Ia menambahkan Jakarta telah mengintensifkan koordinasi dengan otoritas Manila.
"Nah, situasi ini tidak mudah. Namun, kami ingin menggarisbawahi kami tidak akan menyerah dan akan mencoba yang terbaik untuk menjamin pembebasan dari 10 orang Indonesia," kata Retno, seperti dilansir The Star Online, Jumat (8/4).
Retno juga mengungkapkan ia telah menerima informasi yang valid bahwa 10 orang Indonesia yang diculik di perairan dekat Filipina, berada dalam kondisi baik. Berbagai laporan media telah menyatakan batas waktu pembayaran uang tebusan telah ditetapkan pada Jumat.
Sebanyak 10 warga negara Indonesia (WNI) yang diculik kelompok Abu Sayyaf telah diidentifikasi. Mereka adalah Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Octavianto, Reynaldi, Wendi Raknadian.
Mereka diyakini disandera Abu Sayyaf di Pulau Jolo bersama-sama dengan empat pelaut Malaysia yang diculik saat kapal mereka, mv Masfive 6 berlayar dekat Pulau Ligitan pada 1 April. Keempatnya merupakan warga Sarawak, yakni Wong Teck Kang, Wong Hung Sing, Wong Teck Chii, dan Johnny Lau Jung Hien.
Baca: Dubes Azerbaijan: Kami Butuh Dukungan Indonesia