REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muktamar PPP VIII menetapkan Romahurmuzy (Romy) sebagai ketua umum baru partai berlambang Ka'bah itu. Usai terpilih sebagai ketua umum, Romy mengatakan tetap akan membuka pintu islah bagi Djan Faridz dan beberapa kader PPP lainnya.
Romy berharap terpilihnya ia sebagai Ketua Umum PPP, yang disepakati oleh mayoritas pemilik suara, bisa menjadi titik akhir dari kisruh kepengurusan di tubuh partai yang identik dengan warna hijau itu, yang sudah berjalan selama hampir dua tahun.
''Ini dapat menjadi titik akhir dari seluruh perjalanan perbedaan yang terjadi di tubuh PPP,'' ujarnya.
Selain itu, Romy mengaku, tidak akan pernah menutup pintu islah terhadap kubu kepengurusan hasil Muktamar Jakarta, yang berada di bawah kepemimpinan Djan Faridz. Bahkan, menurut Romy, kubu kepengurusan hasil Muktamar Jakarta sebagian besar sudah sepakat untuk melakukan islah dan hadir di Muktamar VIII PPP.
''Tinggal pak Djan Faridz sendiri yang sampai hari ini belum mau, dan itu masih membutuhkan waktu,'' katanya.
Tidak berhenti sampai disitu, Romy mengaku akan mengajak Djan Faridz untuk duduk di dalam kepengurusan baru DPP PPP, yang akan dibentuk Romy bersama anggota tim Formatur.
''Saya akan mengajak beliau di dalam kepengurusan ini. Dimana pun posisi yang beliau merasa nyaman. Sehingga membuat PPP ini damai dan tenang,'' ujarnya lagi.
Romy menambahkan, pihaknya tidak akan me-recall kader-kader PPP yang sebelumnya menyatakan tidak setuju dengan penyelanggaraan Muktamar ini.
''Kami akan melakukan rekonsiliasi dan mengakomodasi seluruh perbedaan yang ada untuk kepentingan ke depan," jelasnya.