Selasa 12 Apr 2016 05:40 WIB

Pagi Ini Presiden Jokowi akan Inspeksi Parade Kapal

Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan kepada peserta Rakornas Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2016 di Istana Negara, Jakarta, Senin (18/1).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan kepada peserta Rakornas Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2016 di Istana Negara, Jakarta, Senin (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melakukan inspeksi parade kapal (fleet inspection) dalam pelaksanaan International Fleet Review 2016 (IFR 2016) dengan menggunakan KRI Frans Kaisiepo-368 yang diiringi atraksi flying pass, fly board serta parade perahu hias.

"Inspeksi parade kapal dilakukan setelah membuka 'Komodo 2016' pada pagi ini di Markas Komando Pangkalan Utama Angkatan Laut II (Lantamal II) Padang, Sumatra Barat," kata Kabid Publikasi dan Dokumentasi MNEK 2016 Kolonel Laut (P) Suradi Agung Slamet, ketika dikonfirmasi di Padang, Sumbar, Selasa (12/4) pagi.

Komodo 2016 merupakan rangkaian kegiatan sebagai bentuk diplomasi pertahanan Angkatan Laut di masa damai yang diarahkan pada kesepahaman toleransi dan transparansi antar angkatan Laut negara-negara internasional. Kegiatan yang dipusatkan di Padang dan kepulauan Mentawai itu berlangsung pada 12 April hingga 16 April 2016, yakni International Fleet Review (IFR) 2016, 15 th Western Pacific Naval Symposium (WPNS), dan 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo atau Latihan Multilateral Naval Exercise Komodo 2016.

"Tak kurang dari 20 kapal perang berbagai kelas dari 15 negara akan berpartisipasi dengan melaksanakan lego jangkar dalam formasi di perairan Teluk Bayur," kata Suradi.

 

Menurut dia, 20 kapal perang itu dari 15 negara peserta Komodo 2016, yakni Bangladesh, India, Thailand, Malaysia, Vietnam, Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Rusia, Cina, Srilanka, Australia, Papua Nugini, Singapura dan Brunei. TNI Angkatan Laut akan mengerahkan 28 kapal perang.

"Rusia paling banyak mengerahkan kapalnya dalam kegiatan ini, yakni sebanyak tiga kapal. Malaysia, Cina dan Papua Nugini, masing-masing dua kapal. Sedangkan negara lainnya hanya satu kapal," kata Suradi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement