REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan pemerintah Filipina masih sanggup mengatasi kelompok Abu Sayyaf dalam membebaskan sandera 10 WNI di Filipina.
"Kita harus menghargai apa yang dilakukan Pemerintah Filipina seperti yang disampaikan Menlu Retno LP Marsudi," kata Panglima TNI di sela-sela peresmian Monumen Merpati Perdamaian, di Kota Padang, Sumbar, Selasa (12/4).
Dia mengatakan TNI pada dasarnya siap bila memang pemerintah Filipina membutuhkan bantuan. "Itu wilayah Filipina, maka kita harus permisi. Kami sudah menawarkan semuanya. Apa yang diminta kami siap. Namun, saat ini pemerintah Filipina masih sanggup melakukan sendiri," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ini.
Kendati demikian, koordinasi terus dilakukan dalam upaya membebaskan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Mengenai tawaran tentang bantuan TNI mengingat belasan tentara Filipina gugur saat baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf, kata dia, hingga saat ini belum ada.
"Pasukan kami standby saja, tetapi bukan di Tarakan. Kita standby di suatu tempat. Saya pun turut berduka cita atas gugurnya tentara Filipina," ucapnya.
Sebelumnya, sebanyak 18 tentara Filipina dan lima gerilyawan tewas setelah baku tembak di Filipina Selatan pada Sabtu (9/4), kata militer, Ahad (10/4). Juru Bicara Komando Militer Mindanao Barat Mayor Filemon Tan mengatakan pertempuran sengit juga melukai 53 prajurit dan 20 gerilyawan lagi.
Baku tembak itu meletus pada pukul 07.55 waktu setempat pada Sabtu di Desa Baguindano, Kota Kecil Tipo-tipo di Basilan, dengan melibatkan pasukan dari Batalion Pasukan Khusus Ke-4 Angkatan Darat dan Batalion Infantri Ke-44 melawan 120 petempur Abu Sayyaf.
Kelompok Abu Sayyaf, yang memiliki 400 anggota dan didirikan pada awal 1990-an oleh gerilyawan garis keras adalah kelompok perusuh yang beroperasi di Filipina Selatan. Kelompok itu memiliki nama negatif karena melakukan serangkaian penculikan, pengeboman dan pemenggalan selama beberapa dasawarsa belakangan.
Baca: 60 Ribu Warga Miskin Jakarta Digusur Sejak 2013