REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, sejauh ini masih mencari lokasi untuk dijadikan tempat relokasi bagi korban bencana longsor dan tanah bergerak di Desa Clapar Kecamatan Madukara.
Untuk sementara, Pemkab berencana menyiapkan hunian sementara (huntara) sebelum para korban yang kini tinggal di lokasi-lokasi pengungsian tersebut ditempatkan di empat relokasi.
''Masa tanggap darurat sudah selesai 15 April ini. Namun karena lokasi bencana sudah tidak mungkin lagi ditinggali, maka kita akan membuatkan huntara sebagai tempat tinggal sementara warga sebelum mereka menempati tempat tinggal di tempat relokasi,'' jelas Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara Catur Subandrio, Jumat (15/4).
Sebagai lokasi huntara ini, Catur mengaku pihak Pemkab telah memiliki beberapa alternatif yang bisa digunakan. Antara lain, bangunan gedung SD Negeri 2 Clapar yang tidak terpakai.
Menurutnya, bila warga bersedia tinggal di gedung tersebut, Pemkab akan menyekat-nyekat ruangan di gedung tersebut, sehingga setiap keluarga bisa menempati satu ruangan. ''Bila warga bersedia, nanti kita juga akan perbaiki sarana lainnya seperti sarana MCK-nya, sehingga cukup layak menjadi tempat tinggal sementara warga,'' katanya.
Berdasarkan data sementara, jumlah warga Desa Clapar yang saat ini masih mengungsi di berbagai lokasi pengungsian, tercatat ada 46 keluarga dengan jumlah 125 warga. Mereka ini sudah tidak mungkin lagi menempati tempat tinggalnya semula, karena kondisi rumah sudah mengalami kerusakan berat dan lokasinya yang masih sangat rawan bencana.
Meski demikian, Catur mengaku masih mendata ulang jumlah korban bencana yang perlu mendapat perhatian. Hal ini perlu dilakukan mengingat saat bencana tanah bergerak dan longsor mulai berlangsung, jumlah pengungsi pernah mencapai 230 jiwa atau 64 kepala keluarga.
''Tapi jumlah pengungsi berangsur-angsur berkurang karena sebagian warga ada yang sudah kembali ke rumahnya masing-masing, karena saat bencana tanah bergerak terjadi, wilayah rumahnya tidak termasuk berada di areal tanah yang bergerak,'' katanya.
Bencana longsor dan tanah bergerak terjadi di sebagian wilayah Desa Clapar Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara sejak 25 Maret 2016.
Catur menyebutkan, sejak terjadi bencana 25 Maret 2016 lalu hingga kini, luas lahan yang mengalami bencana longsor dan tanah bergerak mencapai 15,9 hektare. Sedangkan akibat pergerakan tanah tersebut, lahan seluas areal tersebut sudah mengalami pergeseran hingga sejauh 1,6 km.
Terkait bencana tersebut, Pemkab Banjarnegara awalnya menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari hingga 8 April 2016. Namun masa tanggap darurat tersebut kemudian diperpanjang selama sepekan hingga 15 April 2016.
''Saat ini, pergerakan tanah sebenarnya sudah berkurang. Mudah-mudahan, kondisi tanah sudah stabil sehingga ke depan sudah tidak ada lagi pergerakan,'' katanya.