Senin 18 Apr 2016 17:35 WIB

Travel Warning Cara 'Murah' Cegah Penyanderaan

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Agustin Pilohoma (50) dan Jemmy Repi (58) duduk di belakang foto putranya, Alfian Elvis Repi, di kediaman mereka di Desa Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (6/4).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Agustin Pilohoma (50) dan Jemmy Repi (58) duduk di belakang foto putranya, Alfian Elvis Repi, di kediaman mereka di Desa Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menanggapi aksi penyanderaan yang dilakukan kelompok militan Abu Sayyaf di wilayah Filipina Selatan, pengamat hubungan internasional Suzie Sudarman mengatakan travel warning bisa menjadi pilihan. Menurutnya itu merupakan cara 'murah' menghindari konflik.

"Sementara kondisi belum aman dan pemerintah Filipina sendiri belum sanggup melakukan pengamanan tersebut, tentunya diambil jalan yang paling murah. Jangan sampai timbul konflik jadi kita menghindar dari wilayah-wilayah tertentu," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (18/4).

Menurutnya untuk beberapa wilayah tertentu yang dibahayakan oleh kemungkinan penyanderaan, wajar-wajar saja untuk memberlakukan travel warning. Sebab menurut Suzie dalam masalah penyanderaan ada aturan hukum internasional yang menyatakan tidak boleh menyerang negara tempat penyanderaan berlangsung.

Suzie mencontohkan kasus yang dihadapi Indonesia saat penyanderaan oleh perompak Somalia. Menurutnya kala itu sandera telah dibebaskan, namun kembali menghadapi serangan oleh perompak saat akan kembali. Dalam kasus tersebut pasukan Indonesia berhak membalas serangan, sebab para perompak lebih dulu menyerang.

"Tapi kalau tidak dalam kondisi diserbu ya nggak bisa menyerbu," kata Suzie.

Sementara saat ini yang terjadi adalah pemerintah Filipina dapat melakukan pengamanan di wilayah Filipina Selatan. Sehingga menurut Suzie cara paling "murah" untuk menghundari agar tak terjadi konflik adalah menghindari wilayah tersebut.

Baca juga, Sepuluh WNI Disandera di Filipina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement