REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut ketidakcocokannya dengan mantan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi sudah berlangsung lama. Tak pelak, pengunduran diri Rustam baginya merupakan sesuatu yang wajar.
Pria yang akrab dipanggil Ahok itu mengapresiasi pekerjaan yang telah dilakukan Rustam selama masa kepemimpinannya sejak awal Januari 2015. Ia menampik pengunduran diri Rustam berkaitan dengan tudingannya bahwa Rustam berpihak pada Yusril Ihza Mahendra. Namun menurutnya, ketidakcocokan dengan Rustam sudah terasa sejak lama.
"Saya kira ini panjang bukan cuma candaan kemarin. Sejak dari KBN (kawasan Berikat Nusantara), Kalijodo. Memang udah ada perbedaan prinsip," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (26/4).
Ia menyebut Rustam pernah meminta agar salah satu bengkel di kawasan Kalijodo tidak dibongkar. Kala itu, Rustam bahkan sampai berkirim surat padanya agar pembongkaran ditunda dua bulan. Ahok merasa janggal dengan permintaan itu.
"Saya pikir, kamu bisa kebayang enggak kalau Kalijodo diratain ada satu bengkel enggak diratain kamu tafsirannya apa? Makanya saya bilang ini bisa bahaya secara politik, itu bisa dihubung-hubungkan. Apalagi yang punya (bengkel) etnis Tionghoa. Makanya saya tegur dia, kok kamu minta izin enggak dihancurin. Ya memang panjang lah ini," ujarnya.
Diketahui, Rustam telah memberikan surat pengunduran diri pada Badan Kepegawaian Daerah DKI pada Senin, (25/4) sekitar pukul lima sore.