Kamis 28 Apr 2016 18:27 WIB

Pendaki Gunung di Indonesia Sumbang 453 Ton Sampah per Tahun

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Pendaki gunung (ilustrasi)
Foto: Republika
Pendaki gunung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan mahasiswa pecinta alam telah melakukan survei timbulan sampah dan aksi bersih taman nasional dan kawasan wisata (gunung). Aksi yang bertajuk "Jambore Sapu Gunung Indonesia 2016" tersebut berlangsung pada 11-24 April 2016 di sejumlah taman nasional.

Hasilnya, terdapat 453 ton sampah dihasilkan oleh 150.688 orang pendaki pengunjung setiap tahunnya atau sampah yang dihasilkan sekitar tiga kilogram per pengunjung. "Sebanyak 53 persen atau 250 ton lebih merupakan sampah plastik yang sangat sulit terurai," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih, Kamis (28/4).

Sampah-sampah tersebut, lanjut Tuti, secara permanen berpotensi mencemari ekosistem taman nasional. Hasil tersebut menggambarkan permasalahan sampah yang perlu diwaspadai berkaitan dengan salah satu fungsi taman nasional sebagai destinasi wisata yang harus bersih dari sampah. Ia juga berfungsi memelihara dan melestarikan flora fauna endemik.

Taman nasional sasaran survei dan pembersihan yakni Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, Gunung Prau, Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Halimun Salak, Gunung Sumbing, Gunung Papandayan, Gunung Bawakaraeng dan Gunung Halau Halau.

Survei pertama dilaksanakan di delapan destinasi yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, dan Gunung Prau. Tujuh destinasi yang lain masih dalam proses penghitungan.

Tuti menyebut, output kegiatan survei yakni menghasilkan Profil Taman Nasional Berbasis Pengelolaan Sampah dan Pelestarian Flora Fauna Endemik. Profil ini akan menjadi basis data bagi pengembangan Taman Nasional sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. "Salah satu upaya untuk menjaga taman nasional yang bersih sampah adalah mengedepankan paradigma baru zero waste," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement