Selasa 03 May 2016 20:16 WIB

Kutuk Tragedi Yuyun, Menpora Minta Pelaku Dihukum Berat

Menpora Imam Nahrawi memberikan keterangan di Kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat (26/2).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menpora Imam Nahrawi memberikan keterangan di Kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang dialami siswa SMP Yuyun oleh 14 remaja di Bengkulu, menjadi tragedi yang memilukan. Sekaligus membuka mata dan kesadaran masyarakat luas bahwa masih banyak persoalan dan ancaman yang dihadapi oleh anak-anak dan kawula muda di sekitar kita.

Menpora Imam Nahrawi ikut berduka sekaligus mengutuk keras kasus pemerkosaan dan pembunuhan tersebut, dan meminta para pelaku dihukum seberat-beratnya, bila perlu dihukum kebiri.

“Tragedi yang menimpa Yuyun menjadi duka bagi kita semua. Kekerasan seksual dan pembunuhan yang terjadi menjadi cermin bahwa masih banyak yang harus dibenahi dalam kehidupan sosial kita, kehidupan anak-anak dan pemuda kita. Hukum berat para pelakunya, bila perlu dikebiri,” ujar Menpora mengomentari kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang dialami Yuyun di Bengkulu dalam siaran persnya, Selasa (5/3).

Seperti diketahui, kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang dialami Yuyun mendapat perhatian dan menimbulkan kemarahan publik dalam tiga pekan terakhir ini. Yuyun, gadis kecil berusia 14 tahun, baru pulang sekolah dan melintasi kebun karet di daerah Lembak, kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

Yuyun diseret, diperkosa dan kemudian dibunuh oleh 14 remaja yang kemudian membuangnya ke jurang. Mayat Yuyun ditemukan beberapa hari kemudian, Senin (4/4) dalam keadaan nyaris membusuk. Polisi kini sudah berhasil menangkap 12 pelakunya.

Menpora menegaskan, aksi biadab terhadap Yuyun, seoang pelajar dengan para pelaku sebagian pelajar dan pemuda yang mendapat perhatian publik belakangan ini, juga telah mencederai momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini. Tragedi Yuyun dan berbagai kekerasan seksual yang terjadi sebelumnya, menjadi peringatan dan tamparan agar kita bersama menemukan solusi agar tidak terjadi hal serupa dikemudian hari.

Masih maraknya aksi kekerasan seksual oleh pemuda dan anak di bawah umur, lanjut Menpora, salah satunya dipicu oleh peredaran pornografi dan pornoaksi serta minuman keras yang belum bisa terkendali. Kemajuan teknologi terutama smartphone juga membuat akses terhadap pornografi dan pornoaksi semakin luas.

“Karena itu, memerangi pornografi dan pornoaksi, miras dan narkoba menjadi salah satu langkah preventif untuk menyelamatkan masa depan anak-anak dan pemuda kita,” kata Cak Imam.

Menteri asal Madura ini juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap perkembangan dan dinamika sosial anak-anak dan kaum muda dari berbagai potensi dan dampak negatif yang merusak dan menghancurkan masa depan mereka. Sekaligus mengingatkan agar para orang tua juga memberikan perhatian terhadap kualitas pendidikan bagi putra dan putrinya. Terutama pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan akhlak.

“Dalam upaya memerangi pornografi dan pornoaksi, peredaran miras dan narkoba, Kemenpora akan mengefektifkan berbagai program yang ada termasuk mencetak kader pemuda anti pornografi, pornoaksi dan narkoba.  Sementara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan generasi muda, salah satunya dengan mendukung penuh Gerakan Nusantara Mengaji,” jelas Menpora.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement