REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Jasa Arlinda mengatakan, pelaku usaha Arab Saudi sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dengan pelaku usaha Indonesia sampai 2030 mendatang.
Misi pembelian merupakan upaya untuk meningkatkan hubungan kerja sama bilateral Indonesia dengan Arab Saudi di berbagai sektor, khususnya perdagangan, investasi, konstruksi, dan ketenagakerjaan profesional. "Visi Arab Saudi 2030 akan semakin membuka peluang bisnis dan memperkuat kerja sama dengan Indonesia," ujar Arlinda, Jumat (6/5).
Arlinda menambahkan, pelaku usaha Arab Saudi menaruh minat yang tinggi untuk bekerja sama dalam beberapa bidang, seperti tenaga perawat profesional, produk industri farmasi, kosmetik, dan alat-alat kesehatan.
Arab Saudi juga tertarik bekerja sama di sektor industri mobil dan aksesori mobil, konstruksi dan bahan bangunan, tekstil dan produk tekstil, produk pertanian dan perkebunan, produk makanan dan minuman (mamin), desain interior, perhiasan serta lini bisnis lainnya.
Arlinda meminta pengusaha Indonesia meningkatkan kualitas produknya. Sebab, ada beberapa kriteria cukup ketat bagi produk-produk yang dipasarkan di Arab Saudi. Arlinda menyebutkan, beberapa kriteria tersebut antara lain, perusahaan yang akan memasok produk ke Arab Saudi harus kredibel, khususnya mengenai keamanan jumlah pasokan.
Selain itu, produk harus memenuhi standar internasional yang oleh ditetapkan Saudi Standards, Quality and Metrology Organization (SASO). "Syarat yang tak kalah penting adalah memenuhi persyaratan halal," kata Arlinda.
Arlinda menambahkan, peluang kerja sama Indonesia dan Arab Saudi terbuka lebar di bidang energi baru dan terbarukan, pembangunan infrastruktur, serta ekspor produk makanan dan minuman.
Arlinda mengatakan, Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan Arab Saudi telah menyetujui rancangan reformasi ekonomi melalui visi Arab Saudi 2030 untuk melepaskan Arab Saudi dari ketergantungan pada minyak di 2020 mendatang.