REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) pada Ahad (8/5) menolak tawaran pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (Korut) Kim Jong-un untuk melakukan dialog di antara kedua Korea.
Korsel menganggap tawaran itu semata-mata sebagai aksi propaganda tanpa ketulusan pada saat Korut terus mengembangkan senjata nuklirnya.
"Tawaran Korea Utara itu semata-mata propaganda tanpa ketulusan karena dia berbicara soal dialog antar-Korea tapi pada saat yang sama masih terus mengembangkan senjata nuklir," kata kementerian unifikasi (penyatuan Korsel-Korut) Korea Selatan melalui sebuah pernyataan.
Kim Jong-un membuat tawaran itu dalam sebuah laporan yang disampaikan pada kongres nasional Partai Korea yang sedang berkuasa. Kongres tersebut dilangsungkan untuk pertama kalinya dalam 36 tahun terakhir ini.
"Kita melihat pentingnya melakukan dialog dan pembicaraan di antara para pejabat militer dua Korea," kata Kim.
"Kalau pembicaraan militer dilakukan, pembicaraan itu bisa membantu memupus risiko terjadinya konflik di sepanjang perbatasan serta dapat menurunkan ketegangan."
Seoul sudah mendesak Pyongyang untuk menghentikan program senjata nuklirnya dengan mengatakan bahwa penghapusan senjata nuklir di Semenanjung Korea merupakan syarat bagi terwujudnya pembicaraan perdamaian antara kedua pihak.
"Korea Selatan dan masyarakat internasional memiliki pendapat yang sama bahwa Korea Utara jangan sampai diakui sebagai negara berkekuatan nuklir," kata kementerian unifikasi.
Pada pertemuan partai, Kim menekankan bahwa negaranya tidak akan mengerahkan senjata nuklir kecuali jika kedaulatan mereka dilanggar oleh pasukan musuh dengan menggunakan senjata nuklir.
Ia juga menegaskan bahwa Partai Buruh Korut (WPK) telah bekerja keras untuk menerapkan strategi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengembangan nuklir.