REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan penanganan darurat banjir bandang di Subang terus dilakukan hingga 29 Mei mendatang. Hingga saat ini, telah diketahui enam orang tewas dan 388 jiwa mengungsi akibat banjir bandang tersebut.
"Banjir bandang yang menerjang Kampung Sukamukti, Desa Sukakerti telah menyebabkan enam orang tewas, lima orang luka berat, dua orang luka ringan, dan 388 jiwa mengungsi," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Selasa (24/5).
Untuk saat ini, kata Sutopo para petugas dilapangan fokus melakukan penyelamatan korban. "Selain itu, kita juga fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan perbaikan darurat dari dampak banjir bandang," ujar Sutopo.
Sutopo menjelaskan, belum terbentuknya BPBD Kabupaten Subang menyebabkan penanganan darurat dilakukan Satlak PB Kabupaten Subang yang tidak memiliki fungsi koordinasi, komando dan pelaksana seperti yang dimiliki oleh BPBD. Untuk penanganan darurat saat ini, kata dia, BPBD Provinsi Jawa Barat dibantu oleh TNI, Polri, Basarnas, Tagana, PMI dan warga melakukan proses evakuasi dan pencarian korban hilang.
"Untuk korban meninggal dunia sudah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan," katanya.
Sutopo menambahkan, BPBD Provinsi Jawa Barat juga telah memberikan bantuan sandang dan pangan bagi korban berupa tambahan gizi, lauk pauk, makanan siap siap saji, air mineral dan selimut.
Sebelumnya, banjir bandang menerjang Kampung Sukamukti, Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Ahad (22/5) lalu. Akibat banjir bandang tersebut, enam orang tewas, lima orang luka berat, dua orang luka ringan, dan 103 KK (388 jiwa) mengungsi.