REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Sebanyak 50 rumah transmigrasi lokal di kawasan Pantai Bugel, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terancam abrasi laut yang disebabkan gelombang pasang menerjang kawasan pantai selatan. Abrasi beberapa tahun terakhir mencapai 25 meter hingga 30 meter, sehingga perumahan warga transmigran terancam.
"Saat ini, jarak perumahan warga transmigran dengan laut selatan sangat dekat, kurang dari 10 meter. Kalau gelombang pasang terus tinggi hingga 30 hari ke depan, perumahan warga dapat terancam terbawa terbawa ombak," kata seorang tokoh masyarakat, Bugel Sukarman.
Ia mengatakan, cemara udang yang ada di bibir pantai sepanjang tiga kilometer juga roboh, bahkan terbawa ke laut. Kondisi sabuk hijau di kawasan Pantai Bugel juga kini mengkhawatirkan. "Kami berharap, Pemkab segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipaso perumahan warga transmigrasi lokal," kata dia.
Sukarman mengatakan, kerugian akibat gelombang pasang air laut cukup banyak. Petani hortikultura, seperti cabai, semangka, dan melon diperkirakan mengalami kerugian Rp 1 miliar. Belum lagi tambak udang yang ada di kawasan pantai.
"Kerugian terbesarnya pada kerusakan sabuk hijau, yakni hilangnya cemara udang di sepanjang pantai. Alokasi anggaran penanaman modal cemara udang mencapai miliaran," katanya.
Ketua Kelompok Nelayan Sub Bugel Peni II Warto mengatakan, kawasan Pantai Bugel terkena abrasi yang jauhnya mencapai 25 meter dari bibir pantai. Akibatnya, nelayan kesulitan menaikan atau menurunkan kapal. "Sebelum ada Pelabuhan Tanjung Adikarto, lahan pasir Pantai Bugel sangat luas. Tapi, sekarang tidak ada bibir pantai, pasir dihantam ombak yang tinggi. Bahkan, dimungkinkan akan mengancam perumahan nelayan," katanya.
Nelayan Bugel berupaya menanam cemara udang untuk menahan abrasi. Namun, cemara udang telah tersapu abrasi. "Abrasinya cukup parah. Kami tidak tahu melakukan apalagi. Kalau dibiarkan rumah-rumah penduduk di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bugel terancam terkena abrasi," katanya.