Kamis 16 Jun 2016 05:35 WIB

Kenikmatan Material

Red: Damanhuri Zuhri
Ustaz Hasan Basri Tanjung
Foto: ROL/Agung Sasongko
Ustaz Hasan Basri Tanjung

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Hasan Basri Tanjung

Dalam kitab-kitab fikih selalu disebutkan bahwa perkara paling mendasar dalam ibadah puasa adalah larangan makan, minum, dan hubungan seksual suami istri mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Sungguh, tiada perintah dan larangan yang akan menimbulkan mudharat, akan tetapi pasti mendatangkan mashlahat bagi manusia.

Tentulah puasa itu baik dari berbagai aspeknya, jika kita menyadari dan itu tradisi manusia sejak zaman dahulu kala (QS 2:184). Keyakinan itu pula yang menjadi dasar akidah tauhid seorang Muslim yang mesti tampak pada kepatuhan dalam menjalankan syariat Islam.

Ketika Allah SWT melarang manusia untuk makan, minum dan seks (material) yang sepintas membuat manusia merana, sejatinya karena ada kenikmatan yang lebih di baliknya.

Jika ingin merasakan kenikmatan sesuatu, maka jangan nikmati sekarang atau berjuanglah menundanya. Wa maa al-lad-dzaatu illa ba’da at-ta’bi (tiada kelezatan kecuali setelah kepayahan).

Ada empat indikator orang yang meraih kenikmatan material. Pertama, enak makan (minum). Agar enak makan dan minum, harus lapar dan haus.

Berpuasalah, niscaya akan terasa enaknya di saat berbuka. Enak makan merupakan kunci kenikmatan material, bukan banyaknya uang, mahalnya kendaraan, megahnya rumah dan indahnya perhiasan.

Semua tumpukan harta menjadi tidak berarti jika tak enak makan. Boleh jadi, pada sepuluh hari pertama puasa, kenikmatan material ini sangat dirasakan. Karena itu, selesai makan berdoalah.

Kedua, enak buang (air besar dan kecil). Kenikmatan hidup itu jika enak makan dan enak (lancar) buang. Kita akan menderita jika enak makan tapi tak enak buang atau sebaliknya, enak buang tapi tak enak makan.

Kita akan merana jika tidak enak buang, hingga harus minum obat pelancar buang air. Sehari saja tidak lancar buang air, kepala mulai pusing dan mata memerah. Karena itu pula, jika keluar dari kamar mandi, jangan lupa berdoa.

Ketiga, enak tidur. Betapa nikmatnya hidup ini jika enak makan, enak buang, dan enak tidur. Agar enak tidur, maka capeklah bekerja mencari nafkah untuk keluarga dan aktif melayani umat.

Jika rasa kantuk sudah datang, jangan sia-siakan lagi, sambil ucapkan doa sebelum tidur. Karena ada saatnya, rasa kantuk tak kunjung datang meski sudah larut malam. Betapa nikmatnya bangun tidur setelah lelap dalam mimpi indah, lalu berdoa.

Keempat, enak tidur dengan yang sebelah (istri atau suami). Hampir sempurna kenikmatan material jika seseorang enak makan, enak buang, enak tidur dan enak pula tidur dengan istri/suami.

Syahwat seksual itu adalah karunia mendasar yang Allah berikan kepada manusia untuk melahirkan generasi dan mesti tersalurkan dengan benar.

Agama menganjurkan untuk segera menikah dan berpuasa jika belum mampu (HR Bukhari). Tidak semua orang dapat merasakan nikmatnya berhubungan suami istri karena berbagai alasan atau masalah. Karenanya, jika syahwat sudah naik jangan lupa berdoa dan sesudahnya ucapkan Alhamdulillah.

Ketika bisa mendapatkan kenikmatan tersebut, maka pandailah bersyukurlah kepada Allah SWT agar ditambah lagi (QS.14:7). Kenikmatan ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur. Semakin tua seseorang, maka kenikmatan material itu pun semakin berkurang enaknya dan banyak pantangannya.

Meskipun enak, jangan berlebihan (israf), karena itu sikap yang tidak baik (QS [3]:147, [7]:31). Ketika kita berhenti pada kenikmatan material, maka sama saja dengan binatang. Selain itu, pastilah akan kecewa, karena ia mudah dapat dan mudah sirna. Allahu a’lam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement