REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan kerugian akibat bencana banjir dan tanah longsor di 16 wilayah Provinsi Jawa Tengah diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.
"Jumlah total kerugian akibat banjir, tanah longsor dan angin puting beliung yang melanda 16 wilayah diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Untuk jumlah pastinya, kami masih memastikan dan menghitung," ujar Sutopo di Jakarta, Senin (20/6).
Kerugian itu, jelas dia, dihitung dari kerusakan fasilitas umum, permukiman dan harta benda warga. Hingga Senin, dampak banjir dan tanah longsor masih menghambat akses transportasi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kendal, Kabupaten Banjarnegara dan Kota Solo.
Banjir dan tanah longsor terjadi di 16 wilayah di Jawa Tengah. Dari 16 wilayah tersebut, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purworejo mengalami dampak bencana tanah longsor terparah. Kabupaten Kendal, Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo mengalami dampak banjir terparah.
Berdasarkan pendataan sementara BNPB, ada 4.176 keluarga terdampak banjir di Kota Solo. Sementara itu, sebanyak 5.514 keluarga terdampak banjir yang melanda Kabupaten Sukoharjo.
Meski mengalami kerugian mencapai ratusan miliar, BNPB menilai persiapan dan penanggulangan bencana di Jawa Tengah umumnya sudah baik. Menurut Sutopo, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah dengan tingkat kesiapan penanggulangan bencana paling tinggi.
Hal itu, tuturnya, terindikasi dari kesiapsiagaan para bupati dalam menangani bencana di wilayah masing-masing. Koordinasi dalam menerjunakn tim reaksi cepat, tim medis, tim logistik dan pendirian dapur umum pun dinilai telah dilakukan secara efisien.
"Komando penanganan bencana masih berada di bawah kepala daerah masing-masing. Kami sendiri sudah menerjunkan bantuan sebanyak lima tim ke 16 wilayah yang dipimpin langsung oleh Kepala BNPB," tambah dia.