REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Nasional, Mohammad Hailuki, menilai, dukungan yang diberikan Teman Ahok ke Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk bisa maju ke Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang dapat menjadi alat tawar terhadap Partai Politik (Parpol). Hal ini terkait dengan perubahan sikap dari Teman Ahok yang membuka ruang dukungan dari Parpol.
''Dukungan Teman Ahok akan jadi bargain politik Ahok terhadap Parpol. Sehingga 'memaksa' beberapa Parpol, yang ingin populis, memberikan dukungan Kepada Ahok,'' ujar Hailuki saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (21/6).
Dukungan terhadap Ahok ini, ujar Hailuki, sudah dikonfirmasi oleh tiga Partai, yaitu Nasdem, Hanura, dan Golkar. Sementara untuk PDI-P, Hailuki menilai, masih ada ganjalan, terutama yang menyangkut soal calon Wakil Gubernur. ''Kalau di PDI-P, di internalnya, masih mengalami dinamika terkait sikap Ahok, khususnya soal posisi Cawagub,'' katanya.
Hailuki mengakui, tidak akan kaget jika nantinya, Ahok memilih untuk maju ke Pilkada DKI Jakarta melalui jalur Parpol. Namun, hal ini akan membuat gerakan partisipasi publik yang digalang oleh Teman Ahok menjadi anti-klimaks. Bahkan, Teman Ahok hanya dianggap sebagai tim sukses salah satu calon di ajang Pilkada.
Baca juga, Ada Partai yang Kalap dengan Teman Ahok.
Pasalnya, pada awalnya ada setitik harapan bahwa Teman Ahok bisa menjadi role model partisipasi politik secara otonom. ''Partisipasi yang dilakukan secara 'murni' oleh publik. Jika nantinya seperti itu (Ahok maju lewat jalur Parpol), artinya Teman Ahok tidak ada bedanya dengan tim sukses Pilkada pada umumnya,'' ujar Hailuki, yang juga menjadi peneliti di Centre for Indonesian Political and Social Studies (CIPSS) tersebut.
Sebelumnya, Teman Ahok mengungkapkan membuka peluang untuk bisa mendapatkan dukungan dari Parpol. Bahkan, Teman Ahok mengaku terus menjalin komunikasi politik dengan tiga partai pendukung Ahok. Komunikasi itu berupa kerja sama dalam pengumpulan KTP dan penjaringan relawan.