Kamis 23 Jun 2016 08:53 WIB

Keluarga Yakin Kru Tugboat Charles Disandera Abu Sayyaf

Lokasi Provinsi Sulu di Filipina, sarang gerilyawan lokal Abu Sayyaf
Foto: lowlands-l.net
Lokasi Provinsi Sulu di Filipina, sarang gerilyawan lokal Abu Sayyaf

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Pihak keluarga tetap yakin, kru tugboat atau kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara disandera kelompok Abu Sayyaf.

"Kami yakin, tujuh kru kapal tunda, termasuk suami saya disandera karena sampai saat ini belum ada kepastian terkait bagaimana kondisi dan nasib mereka," ujar Dian Megawati Ahmad, istri salah satu kru tugboat Charles, dihubungi di Samarinda, Kamis dini hari (23/6).

Walaupun belum bisa memastikan, namun dari hasil percakapan dengan salah seorang ABK kapal tunda yang dibebaskan dengan istrinya, ia merasa yakin jika suaminya disandera.

"Salah seorang dari enam ABK yang dibebaskan bernama Rudi, malam ini (Kamis) sekitar pukul 01.30 Wita sempat menelepon istrinya dan mengatakan tujuh kru kapal tunda Charles diangkut menggunakan dua perahu. Perahu pertama mengangkut empat orang dan perahu kedua, tiga orang yang diambil. Saat ini, menurut informasi yang kami terima, kapal tunda itu sudah berada di wilayah perairan Berau," kata Dian.

Baca: 13 WNI Disandera Abu Sayyaf, Polri: Itu tidak Benar

Ia menyatakan Ismail, suaminya, merupakan Mualim I dari kapal tunda tersebut. Dian mengaku, mengetahui penyanderaan itu dari Ismail, suaminya pada Rabu (22/6) sekitar pukul 11.30 Wita.

"Tadi pagi sekitar pukul 11.30 Wita, saya dihubungi suami saya menggunakan nomer telepon penyandera. Dia mengatakan disandera bersama enam kru tugboat lainnya dan saya diminta menghubungi perusahaan dan kepolisian. Suami saya disandera bersama tiga kru, yakni Robin, Muhammad Nasir dan Sofyan. Sementara, Feri sebagai kapten kapal disandera terpisah dengan dua orang lainnya yang saya tidak tahu namanya. Kami sulit menghubungi karena setiap kali menelepon selalu berganti-ganti nomor," ujar Dian.

Dia mengungkapkan penyandera meminta uang tebusan kepada perusahaan pemilik kapal tunda sebesar 200 juta ringgit Malaysia. "Jika tidak, penyandera akan memenggal para sandera tersebut," tambahnya.

Dian mengaku terakhir berkomunikasi dengan Ismail, sebelum dilaporkan disandera pada Selasa (21/6) subuh. "Kami berkomunikasi terakhir sebelum ia menyatakan disandera saat menjelang makan sahur pada Selasa (21/6). Saat itu, suami saya dalam perjalanan pulang dari Filipina setelah lebih 10 hari berlayar," ujarnya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement