REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bareskrim Polri mengungkap praktik peredaran vaksin palsu yang diperuntukan untuk bayi. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pun menilai peredaran vaksin palsu ini merupakan masalah kriminal yang sangat berbahaya bagi kesehatan terutama bayi.
"Soal vaksin ini kan masalah kriminal, tentu ini sangat berbahaya. Berbahaya untuk kesehatan, apalagi untuk bayi kecil disuntikan dengan vaksin palsu," katanya di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (24/6).
JK pun mengapresiasi upaya kepolisian yang telah menjalankan tugasnya dengan baik dalam pembongkaran kasus vaksin palsu ini.
"Saya kira polisi dan BPOM sudah melakukan tugas dengan baik," ujarnya.
Seperti diketahui, penyidik dari Subdirektorat Industri Perdagangan (Subdit Indag) Bareskrim Polri membongkar praktik peredaran vaksin palsu untuk bayi pada Selasa (21/6) lalu.
Vaksin palsu tersebut dijual di apotek ternama berinisial ARIS yang berada di kawasan Kramatjati, Jakarta Timur. Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Kombes Agung Setya mengatakan hasil penggerebekan aparat mendapatkan sejumlah barang bukti. Yakni ratusan pak vaksin palsu berbagai jenis, antara lain campak, BCG, pentabio, tetanus, hingga hepatitis B.
Selain itu, petugas juga mengamankan pemilik apotek berinisial MF dan seorang kurir berinisial Th alias Er. Berdasarkan keterangan pemilik Apotek Aris, vaksin palsu itu dibuat di sebuah rumah yang berada di kawasan perumahan Puri Bintaro Hijau Pondok Aren Tangerang. Selanjutnya hasil penjelasan dari pelaku, aparat juga memburu percetakan label vaksin palsu yang berada di Kalideres.
Sementara itu, kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bahdar Hamid mengatakan penemuan ratusan vaksin palsu untuk bayi oleh Bareskrim Mabes Polri membahayakan masyarakat. Pihaknya menduga ada jaringan besar produsen vaksin palsu di Indonesia.
Menurutnya penelurusan pada 2013 hingga 2015 menemukan produsen vaksin asal Aceh dan Tangerang. Temuan itu menunjukkan pembuatan dan peredaran vaksin palsu berada di daerah.
Sementara temuan vaksin palsu di sebuah apotek di kawasan Kramatjati, lanjut dia, mengindikasikan peredaran vaksin yang lebih meluas. Karena itu, BPOM menduga saat ini terdapat jaringan produsen vaksin palsu besar di Indonesia.
Pihak BPOM pun mengimbau masyarakat tidak sembarang membeli vaksin atau melakukan vaksinasi di lokasi tertentu. Bahdar menyarankan para orangtua melakukan vaksin untuk bayi di rumah sakit besar. Selain itu, orangtua pun harus mengkonfirmasi masa keaslian dan masa kadaluwarsa vaksin.