REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Piliang, mengatakan pihaknya belum dapat memastikan efek samping penggunaan vaksin palsu. Namun, jika kandungan vaksin hanya campuran cairan infus dan antibiotik, dipastikan tidak menimbulkan efek samping serius bagi tubuh anak.
"Kami belum dapat berikan kepastian soal efek samping vaksin palsu. Sebab, sampai sekarang belum mendapat data pasti bahan apa yang terkandung dalam vaksin palsu itu," kata Aman di Gedung DPR, Senin (27/7).
Berdasarkan informasi sementara dari Bareskrim Polri yang dihimpun Kementerian Kesehatan, kandungan vaksin palsu adalah campuran cairan infus dan gentacimin (antibiotik). Dosis yang diberikan dalam satu kali penyuntikan adalah 0,5 cc.
"Jika memang benar vaksin tersebut hanya mengandung dua bahan tersebut, tidak akan ada efek kepada tubuh anak. Namun, jika ada bahan lain, kami belum bisa memastikan efek samping penggunaannya," kata Aman.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan, dampak pemberian vaksin palsu dengan dosis 0,5 cc relatif tidak membahayakan. Adapun efek samping setelah penyuntikan vaksin palsu adalah infeksi. Gejala infeksi dapat dilihat tidak lama setelah vaksin diberikan.
Nila tetap mengimbau masyarakat berhati-hati terhadap peredaran vaksin palsu. Namun, dia menyarankan masyarakat tidak panik. Karena itu, jika masyarakat mengikuti program vaksinasi yang pemerintah, dapat dipastikan telah mendapat vaksin resmi dan aman.
"Vaksin dari puskesmas, posyandu, rumah sakit pemerintah berasal dari distributor resmi. Vaksinasi Hepatitis B, DPT, Polio, Campak, BCG, pengadaanya oleh pemerintah dan didistribusikan ke Dinas Kesehatan hingga ke fasyankes, jadi keamanan, keaslian dan manfaatnya pun terjamin," kata Nila.