REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Nasional Empowering Indonesia mulai merambah ke masjid. Mohamad Soleh selaku penggagas program nasional tersebut bekerjasama dengan takmir masjid Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri (BPSDM Kemendagri) melalui kegiatan Tausiah Ramadhan.
Tausyiah ini diharapkan bisa memberikan perspektif yang berbeda dan lebih aplikatif dari sekedar ceramah biasa yang monoton. Tausiyah yang diberikan pada hari Rabu (22/6) ba’da Zuhur diawali dengan latar belakang tujuan dari perayaan Idul Fitri adalah untuk saling memaafkan.
Soleh menyebut, terkadang kita mudah memaafkan orang lain, namun sulit untuk memaafkan diri sendiri. Penulis buku Smart Empowerment Technique (SET) ini mengajak jamaah untuk mempraktekan teknik Meditasi Dzikir.
Teknik Meditasi Dzikir merupakan suatu teknik yang mengarahkan peserta ke kondisi yang meditatif (yaitu pada gelombang otak alpha dan theta) lalu diminta berdzikir yang selaras dengan irama nafasnya sehingga menjadikan klien merasakan bahwa Allah itu dekat dan selalu berada dalam dirinya.
Kondisinya yang menjadikan seseorang mampu merefleksikan setiap kejadian dan permasalahan yang kita hadapi adalah semata-mata datang dari Allah dan demi kebaikan kita sendiri. Teknik ini lebih menitikberatkan pada hikmah yang terkandung di dalam dan makna di balik peristiwa yang terjadi. Rasa spiritualitas kita akan meningkat dan maksud tujuan penciptaan manusia untuk selalu beribadah kepada Allah juga akan semakin tinggi.
Soleh mengatakan teknik ini merupakan teknik yang menjadi senjata utama dalam upaya meningkatkan kemampuan kendali diri dalam upaya optimalisasi potensi fitrah yang mulai redup (atau tertutupi dosa-dosa dan bisikan setan).
Efektifitas teknik ini sesuai dengan pernyataan para pelaku meditasi yang mengatakan bahwa dalam meditasi terdapat perasaan nyaman dan seolah-olah menemukan kembali suatu hal yang sangat berharga yang telah sempat hilang. Bahkan Lawrence Lesham (dalam Abu Sangkan, 2005, hal. 34) mengatakan, bahwa bermeditasi bisa membantu untuk menemukan/merebut kembali sesuatu dari kita yang secara sama-samar dan tanpa sadar pernah menjadi milik kita, hilang tanpa mengetahui apakah itu, dimana atau kapan kita kehilangan hal tersebut.
Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang diterbitkan di Konas II Psikologi yang menyimpulkan bahwa Meditasi mindfulness yang dijalani memberikan jalan untuk tidak melekatkan pikiran melalui pengamatan terhadap pikiran yang terus mengalir, memfokuskan pada kualitas nafas serta menerima diri seutuhnya.
Para jamaah masjid tersebut diarahkan untuk praktek dengan mengikuti langkah Langkah Teknik Meditasi Dzikir sebagai berikut: Jamaah memintauntuk mengambil posisi yang nyaman baik duduk atau berbaring (disarankan untuk duduk bersila menghadap kiblat). Jamaah lalu diminta untuk melakukan relaksasi dengan cara menarik napas dan menghembuskan secara perlahan-lahan sehingga jantungnya menjadi lebih stabil, gelombang otaknya menjadi lebih rileks (kondisi alpha & Theta).
Selanjutnya para jamaah diminta fokus pada keberadaan klien; kemudian dimulailah untuk memusatkan pikiran dengan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir. Soleh membimbing jamaah agar setiap tarikan dan helaan nafas merupakan ucapan dzikir sehingga tiap darah yang mengalir merupakan resonansi dari ucapan dzikir juga.
Setelah praktek, ada jamaah yang berkomentar bahwa beliau merasa lebih lega karena merasa berkurang beban masalah hidupnya, merasa lebih dekat kepada Allah SWT. Pengurus takmir masjid juga memberikan kesimpulan bahwa teknik Mediatasi Dzikir ini membantu percepatan proses Tafakur.
Agar lebih efektif dan powerfull lagi, teknik ini sebenarnya mensyaratkan peserta untuk memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi (khusyu’), maka bagi peserta yang belum memilikinya diharapkan untuk melatih terlebih dahulu teknik berfokus, teknik mendisiplinkan perhatian, teknik mencari jeda dan teknik merasakan yang biasanya diberikan dalam training SET.