REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mendeklarasikan tiga hari berkabung untuk korban ledakan bom di pusat perbelanjaan di Karada, Baghdad, Irak, Ahad (3/7).
Bom kembar tersebut merenggut 125 nyawa dan lebih dari 200 orang lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah warga sipil yang merayakan Ramadhan. Serangan di Karada ini menjadi serangan paling mematikan sejak direbutnya Fallujah bulan lalu. Serangan juga terparah untuk tahun ini.
Abadi memerintahkan respons cepat dan keras. Menurutnya, serangan ini adalah balasan atas kemenangan pemerintah di Fallujah.
Serangan bom terjadi ketika sebuah truk berisi bahan peledak menghantam pusat distrik Karada. ISIS mengklaim serangan tersebut dalam pernyataan di daring yang disebarkan oleh pendukungnya.
Baca: Presiden Sidang Majelis Umum PBB Geram Serangan Bom Baghdad
ISIS mengatakan serangan adalah bunuh diri. Karada adalah lokasi padat yang sering dikunjungi penduduk saat bulan Ramadhan. Di sana banyak tempat makan dan pusat perbelanjaan.
Reuters TV merekam suasana pascaledakan yang menunjukkan sedikitnya empat gedung dalam keadaan rusak parah hingga hampir rubuh.
Tampak sebuah mal diduga jadi target utama karena mengalami kerusakan paling parah. Mobil-mobil di sekitarnya juga hancur dan berserakan. Jumlah korban meningkat karena tim mengevakuasi lebih banyak korban yang tertimpa bangunan.
Setelah bom di Karada, satu bom kembali meledak di sebuah pasar al-Shaab. Polisi mengatakan serangan ini menewaskan sedikitnya dua orang. Bom meledak di pinggir jalan distrik Syiah ini sekitar malam hari.