REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Ia menghabiskan waktu setahun di Suriah untuk melindungi salah satu pemimpin ISIS paling dicari. Namun sesuatu mengubah jalan pikirannya dan memilih melarikan diri dari kelompok radikal tersebut.
Berbicara kepada RT, pria tersebut mengungkap bagaimana ia bisa bergabung dengan ISIS. Ia juga membeberkan bagaimana aksi teror yang dilakukan oleh pemberontak.
Zurab (bukan nama sebenarnya), mengaku tertarik dengan ISIS lewat propaganda yang disebarkan di internet. "Kami melihat video wanita, anak-anak dan orang tua menangis, 'di mana kalian Muslim? Kenapa kalian bersembunyi? Ketika darah Muslim sedang berjatuhan apakah Anda hanya akan diam?'. Kami ke sana bukan karena fakta tapi emosi," katanya menceritakan.
Dengan modal itu, ia lantas melakukan perjalanan panjang ke Suriah dan berharap bisa bergabung dengan kelompok ISIS. Zurab kemudian beli tiket ke Istanbul.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria Dagesta yang membawanya ke perbatasan Suriah."Pada malam hari kami menyeberang. Mereka menemui dan membawa kami ke 'rumah Syariah' serta melanjutkan ke sebuah kamp. Itu desa Atme," jelasnya.
Baca juga, Libya Kandidat Kuat Markas Baru ISIS.
Desa tersebut berada di utara Suriah, dekat dengan perbatasan Turki. ISIS mencaplok Atme dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) pada akhir 2013. Dari sana ia pun dibawa ke kamp pelatihan ISIS. Dua bulan mengikuti pelatihan, Zurab ditempatkan di barisan depan.