Kamis 07 Jul 2016 14:06 WIB

Pengamat: Bom di Madinah Punya Target Politik yang Serius

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Kepulan asap hitam usai terjadi ledakan bom di luar lingkungan kompleks Masjid Nabawi, Madinah, Senin (4/7).
Foto: EPA/Saudi Press Agency
Kepulan asap hitam usai terjadi ledakan bom di luar lingkungan kompleks Masjid Nabawi, Madinah, Senin (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dunia Islam ada tiga  tempat yang paling 'strategis' yakni Makkah, Madinah, dan Al Aqsa. Apabila salah satunya tersentuh tindak terorisme, maka akan bisa menimbulkan kontraksi yang cuku kuat.

"Pilihan aksi di di halaman parkir Masjid Nabawi adalah pilihan aksi luar biasa dengan target politik yang serius, dan menurut saya ini bukan asal aksi," kata pengamat terorisme dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, baru-baru ini.

Harits enggan mendahului hasil investigasi pihak pemerintah Saudi. Namun saat ini arus opini terkonstruksi sedemikian rupa di mana suspect utama adalah elemen ISIS dengan membaca beragam aksi sebelumnya. Meski begitu, kata Harits, kemungkinan pelaku mengarah ke pihak lain masih memungkinkan.

"Bisa juga kelompok syiah, operasi intelijen dari pihak negara Barat, Zionis Israel dengan masin-masing target mengikuti road map yang sudah mereka disiapkan," ujarnya.

Publik perlu membaca posisi dan sikap negara Saudi dalam konstalasi konflik Timur Tengah, termasuk konflik di Yaman antara hubungan Saudi dengan negara Muslim, serta hubungan Saudi dengan negara Barat dalam percaturan konflik.

Di sisi lain di Saudi ada Haramain (dua tanah suci) yangg ekstra penting bagi umat Islam. Harits pun mencoba menerka atau mengkalkulasi mengapa Saudi dan tempat strategis seperti Masjid Nabawi dan sekitarnya menjadi target aksi bom bunuh diri.

Menurut dia, jika suspect-nya adalah IS-ISIS, ini pilihan berani dan nekat. Pasalnya tindakan tersebut kontraproduktif bagi mereka. Masyarakat dunia pun Islam tidak akan bisa menerimanya.

"Dukungan masyarakat yang diharapkan IS-ISIS akan rapuh dan tereduksi jika betul mereka yang melakukannya. Makin mengkristalkan posisi ISIS berhadapan dengan dunia Islam," kata dia.

ISIS sangat populer di dunia. Mereka tidak lagi membutuhkan popularitas atas aksinya di Komplek Masjid Nabawi. Harits menilai aksi di Madinah justru hanya akan membuat sikap pemerintah Saudi lebih diktator menyumbat semua energi warganya yang sebagian mengalir ke ISIS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement