REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Masjid Atta'awun di Cisarua, Jalan Raya Puncak Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi tempat favorit warga masyarakat untuk shalat dan berwisata pada libur Idul Fitri 1437 Hijriah.
Pada hari ketiga Lebaran, Jumat, ratusan warga memadati halaman masjid yang berjarak tidak jauh dari Puncak Pass.
Mereka selain melaksanakan ibadah shalat, juga menikmati suasana perkebunan teh dan hutan cemara dengan duduk-duduk santai sambil bercengkerama dan berfoto dengan anggota keluarga. Pengunjung tidak hanya datang dari Bogor, tetapi juga dari Bandung, Cianjur, Jakarta, dan luar Pulau Jawa.
Nurhayati (54) berasal dari Sumatera Barat, mengaku datang ke Masjid Atta'awun bersama anak dan suaminya untuk menikmati udara sejuk. "Ini kali kedua saya ke sini (Atta'awun), pertama kali tahun 2015 lalu," katanya.
Menurut Nurhayati, yang disukainya dari Masjid Atta'awun selain pemandangan alamnya, juga udaranya yang sejuk dan hijau. "Suka dengan udaranya, dingin, airnya juga jernih," katanya.
Di kompleks Masjid Atta'awun, pengunjung dapat duduk santai menyantap bekal dari rumah. Selain itu, di area parkir masjid terdapat sejumlah kios kuliner seperti baso, mi rebus, siomay, dan sekoteng. Selain kuliner, terdapat penjaja oleh-oleh seperti tas rajut, asesoris, baju dingin, dan syal.
Pengunjung juga disuguhi pemandangan paralayang di kawasan bukit. Hingga pukul 17.45 pengunjung masih memadati Masjid Atta'awun, selain menunggu kemacetan arus jalan terurai, mereka menunggu waktu shalat sebelum melanjutkan perjalanan.
Masjid Atta'awun berdiri sejak 1997 di atas lahan seluas 1 hektare dengan luas bangunan 300 meter persegi, dan berkapasitas 700 orang. At-Ta'awun berada di wilayah perkebunan peninggalan Belanda. Awalnya bernama Masjid Al Muttaqien milik PT Gunung Mas dan pengelolaannya secara swadaya oleh sesepuh pekerja perkebunan teh.
Tahun 1990 masjid mungil tersebut banyak dikunjungi jamaah dari masyarakat sekitar, dan dari luar kota yang melintasi jalan poros transportasi Bandung, Cianjur, Bogor dan Jakarta.
Gubernur Jawa Barat R Nuriana kala itu tergerak membangun sebuah monumen kebersamaan (Gotong Royong Plus) dalam bentuk masjid yang lebih layak dan representatif.