REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang ditunjuk sebagai bank persepsi, telah menyiapkan berbagai instrumen keuangan untuk menampung dana repatriasi pengampunan pajak atau tax amnesty. Salah satu instrumen keuangan yang dipersiapkan adalah Efek Beragun Aset (EBA) dengan tenor 4-5 tahun.
Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, keuntungan menjual EBA tidak hanya menambah likuiditas dan memperkuat modal, tapi juga menambah pendapatan berbasis komisi atau fee based income.
"EBA itu salah satu inovasi untuk menambah likuiditas kita. Kalau KPR kan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)nya 35 persen, jadi kalau kita jual Rp 1 triliun, kita ada tambahan modal Rp 350 miliar. Ini bukan produk baru untuk BTN, kami sudah terbitkan EBA delapan kali sejak 2009," kata Iman di Menara BTN, Rabu (13/7).
Iman menjelaskan, EBA yang akan dijual adalah portofolio KPR nonsubsidi berbunga 13 persen. EBA terdiri dari seri A dan B, untuk seri A akan dilepas ke investor sebesar 92 persen dengan kupon 10 persen. Sedangkan EBA seri B dipegang oleh BTN dengan kupon yang sama.
Jadi, dengan memegang portofolio seri B sebesar 8 persen atau Rp 80 miliar, dalam setahun bunga yang diterima adalah 10 persen dari Rp 80 miliar atau Rp 8 miliar. Sedangkan dengan menjual kupon 10 persen dari bunga 13 persen, ada kelebihan bunga sebesar 3 persen atau Rp 30 miliar dari portofolio Rp 1 triliun. Angka tersebut menjadi komisi untuk BTN yang mengadministrasikan EBA. "Ini menjadi sumber fee based income dari transaksi EBA," kata Iman.
Menurut Iman, tidak ada porsi khusus untuk dana repatriasi yang masuk ke EBA. Hal ini karena nasabah masih belum awam dengan EBA. "Jadi, itu yang beli paling manager investasi. Gatewaynya bukan di bank tapi di manager investasi. Silakan nanti manajer investasinya yang beli," ujarnya.
Selain EBA, BTN juga menyiapkan deposito, obligasi, NCD dan instrumen lainnya. Kendati begitu, perseroan masih belum mengetahui preferensi nasabah. Untuk itu, pihaknya sedang gencar melakukan sosialisasi mengenai produk-produk keuangan untuk menampung dana repatriasi.
Sebagai bank persepsi, perseroan menargetkan dapat menampung dana Rp 30 triliun di tahun ini. BTN menarget akan meningkat Rp 30 triliun lagi mulai Maret tahun depan.
Meski banyak produk yang ditawarkan, kata Iman, pihaknya tidak menargetkan lebih dari itu. Karena hal ini bergantung pada liabilitas atau permodalan bank. "Kalau kita nggak bisa lempar ke reach asset, cuma kita simpen di SBI kita tekor dong. Jadi, ya itu udah dihitung pasnya dengan liabilities kita. Nggak cuma mau ngambil segede-gedenya. Makanya kita juga berusaha untuk memperbesar capital kita dulu. Sampai Juni capaian capital kita masih on track," katanya.