REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sebanyak tiga pegawai Rumah Sakit Permata Kota Bekasi, Jawa Barat, telah menjalani pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus vaksin palsu di Mabes Polri.
"Pihak kami sudah diperiksa polisi dari bagian umum sebanyak tiga orang," kata Konsultan Perusahaan RS Permata Bekasi Ahmad di Bekasi, Sabtu (16/7). Menurut dia, para pegawai itu menjalani agenda Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepolisian pada Jumat (16/7).
"Mereka semuanya berasal dari bagian umum. Tidak ada perawat yang diperiksa polisi," katanya.
Agenda pemeriksaan itu berkaitan dengan tudingan bahwa rumah sakit yang beralamat di Jalan Legenda Raya Kecamatan Mustika Jaya menggunakan vaksin palsu dari distributor tidak resmi CV Azka Medica. Ahmad mengaku tidak menampik tudingan itu, sebab pihaknya memang membeli satu jenis vaksin yang diduga palsu jenis Pediacel untuk antisipasi DPT, HiB dan Polio dari distributor CV Azka Medica.
"Rumah sakit kami selama ini tidak pernah mendapat edaran dari pemerintah mengenai daftar perusahaan yang dinyatakan resmi sebagai distributor obat atau alat kesehatan," katanya. Ahmad mengatakan, pihak rumah sakit selama ini merasa kesulitan membedakan jenis vaksin asli dan palsu karena bentuk fisik yang relatif mirip.
"Alasan kami memilih distributor CV Azka Medical juga dikarenakan sulitnya membedakan vaksin asli dan palsu. Sebab harga tidak jauh berbeda yakni Rp 866 ribu per vial yang sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Selain itu, kemasan yang digunakan pun mirip dengan distributor lain dengan ciri memiliki batch register Dirjen POM, masa kedaluwarsa, nomor register dan keterangan principal. Ahmad mengatakan, alur pembelian vaksin dari CV Azka Medica bermula melalui surat penawaran via email yang disodorkan oknum kepada manajemen rumah sakit.
"Ada penawaran dari distributor via email. Ketika dilihat izin dan lainnya sudah ok, kita ajukan kepada bagian pengadaan, penunjang medis dan direktur," katanya.
Selanjutnya RS Permata menyetujui pembelian sebanyak 45 vial atau kemasan botol Vaksin Pediacel selama rentang waktu Oktober 2015 hingga Mei 2016. "Kami tetap panggil perwakilan distributornya saat terjadi transaksi. Setelah itu produk di didistribusikan ke rumah sakit. Kami cek keamanannya," katanya.
Manajer Pelayanan Medis RS Permata Bekasi Siti Yunita menambahkan telah terjadi kelalaian pada bagian farmasi rumah sakit tersebut. "Obat-obatan yang kita beli, kemudian diverifikasi di bagian farmasi. Namun kami akui terjadi kelemahan, sehingga produk tersebut lolos dan digunakan pasien," katanya.
Menurutnya, pihak manajemen saat ini tengah mengevaluasi kinerja sejumlah unit pelayanan yang dianggap lalai, di antaranya bagian farmasi dan apotek.