REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengkritik langkah Korea Selatan mengerahkan sebuah sistem pertahanan anti-misil mutakhir dari AS guna menangkal ancaman Korea Utara. Cina menyebut hal itu merusak landasan kepercayaan mereka, sejumlah media melaporkan pada Senin (25/7).
Pengumuman yang dikeluarkan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat pada bulan ini yang menyebutkan mereka akan mengerahkan sebuah unit Pertahanan Misil Ketinggian Tinggi (THAAD). Hal itu telah menuai kritikan dari Beijing yang menyebutnya akan menggoyahkan keamanan regional.
Keputusan untuk mengerahkan sistem THAAD itu merupakan langkah terbaru mereka untuk menekan Korea Utara, namun Cina mengkhawatirkan sistem radarnya akan mampu melacak kemampuan militernya. Di lain pihak, Rusia juga menentang pengerahan sistem tersebut.
"Langkah terbaru dari Korea Selatan telah merusak landasan kepercayaan bersama antara kedua negara," kata Wang sebagaimana dikutip oleh kantor berita nasional Korea Selatan, Yonhap, dan stasiun televisi KBS saat mengatakannya kepada Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung Se.
Wang dan Yun mengadakan pertemuan pada Ahad malam, dalam pertemuan di luar konferensi para menteri luar negeri Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) di Vientiane, Laos. Yun mengatakan kepada Wang langkah itu ditujukan untuk melindungi keamanan Korea Selatan dan tidak akan merusak kepentingan keamanan Cina.
Korea Selatan dan Amerika Serikat telah mengatakan sistem THAAD itu hanya akan digunakan sebagai alat pertahanan terhadap misil balistik Korea Utara. Korea Utara telah meluncurkan sejumlah misil dalam beberapa bulan terakhir, yang terbaru dilakukan pada pekan lalu saat mereka meluncurkan tiga misil balistik yang disebut sebagai sebuah simulasi uji coba serangan terhadap sejumlah pelabuhan dan pangkalan udara Korea Selatan yang digunakan oleh militer AS.
Misil tersebut meluncur sejauh 500-600 kilometer ke laut lepas pantai timur mereka, dan dapat mengenai lokasi manapun di Korea Selatan jika Korea Utara berniat untuk melakukannya, pihak militer Korea Selatan mengatakan.